Sehingga ketika dia berumur 13 tahun di mana saat itu ia berumur sedemikian belianya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji beliau dan juga bapaknya.
Datang bapaknya (Ibrahim ‘Alaihis Salam) mengabarkan kepada anaknya dengan penuh rahmah. Pada saat itu Ismail ‘Alaihis Salam sedang berada di usia yang seorang bapak sangat mencintainya, apalagi disebutkan bahwasanya beliau adalah seorang anak yang halim.
Halim adalah orang yang memiliki sifat hilm yang merupakan sayyidul akhlak.
Ketika dia berumur 13 tahun sudah mulai bisa membantu orang tuanya. Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam sudah tua, dan orang semisal beliau butuh dengan bantuan dari anak-anaknya.
Tapi lihat bagaimana Allah ‘Azza wa Jalla menguji Khalil-Nya, beliau melihat di dalam mimpinya bahwasanya beliau menyembelih Ismail. Mimpi seorang Nabi adalah wahyu dan itu dipahami oleh Ibrahim.
Oleh karena itu beliau berkata kepada anaknya dan mengabarkan bahwasanya beliau bermimpi menyembelih Ismail. Apa ucapan anak yang shalih, yang diterbitkan oleh Ibrahim khalilullah dengan tarbiyatut tauhid, dengan tarbiyah aqidah, beliau tidak ragu-ragu untuk mengatakan:
أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Wahai bapakku, kerjakan apa yang telah diperintahkan kepadamu...” (QS. As-Saffat:102)
Dengan kelembutan dia mengatakan “Ya Abati”, menghilangkan keraguan dengan mengatakan: “Kerjakan apa yang telah diperintahkan kepadamu, engkau akan dapatkan aku insyaAllah termasuk orang-orang yang bersabar.”