الخَيْرَ كُلَّهُ لَا نُحْصِي ثَنَاءَ عَلَيْهِ هُوَ سُبْحَانَهُ كَمَا أَثْنَى عَلَى نَفْسِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا .
أَمَّا بَعْدُ
Bapak-bapak, ibu-ibu, dan jamaah yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kenikmatan yang besar dengan memasukkan kita di bulan Ramadhan ini. Terlebih lagi, Dia menyampaikan usia kita hingga 10 hari terakhir bulan Ramadhan. 10 hari yang merupakan puncaknya bulan yang mulia ini. Karena Dia telah memberikan kita kesempatan, kita juga memohon kepada-Nya agar diberikan kemampuan untuk mengisi 10 hari terakhir ini dengan sebaik-baiknya.
Jamaah sekalian yang dirahmati Allah,
Sebagian kaum muslimin menyangka bahwa Ramadhan telah usai. Mereka meninggalkan ibadah-ibadah yang utama. Masjid-masjid di awal Ramadhan yang ramai beranjak sepi. Aktivitas amalan shaleh di awal bulan yang begitu semarak, mulai mengalami kejenuhan. Di awal Ramadhan, orang-orang semangat mencari akhirat. Sekarang tempat-tempat pemuas nafsu duniawi berganti dipadati. Mengapa demikian? Karena kaum muslimin tidak tahu hakikat bulan Ramadhan. Yang puncaknya adalah waktu akhirnya. Bukan awalnya.
Baca Juga: WOW! Harga Terbaru April 2022 Xiaomi Pad 5 Bikin Geleng-geleng, Cek Spesifikasi Lengkap di Sini
Ummul mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha menceritakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.