Contoh Khutbah Idul Fitri 1443 H Terbaru dan Singkat, Tema: 10 Orang yang Merugi Saat Hari Raya Idul Fitri

- 4 April 2022, 20:20 WIB
Khutbah Idul Fitri 1443 H.
Khutbah Idul Fitri 1443 H. /Pexels.com/Iva Prime

SEPUTARLAMPUNG.COM – Berikut adalah contoh khutbah Idul Fitri 1443 H-2022 M yang disajikan secara singkat dan terbaru dengan tema 10 orang yang merugi saat hari raya Idul Fitri.

Hari raya Idul Fitri sejatinya adalah hari dimana tiap muslim merakan kemenangan.

Kemenangan dimana telah menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan selama 30 hari dengan menahan makan minum serta menahan diri dari perbuatan tercela.

Tanda dari kemenangan tersebut adalah meningkatnya ketakwaan kita terhadap Allah SWT yang dengan konsisten menjalankan perintah dan menjauhi segala yang dilarang.

Lantas bagaimana jika sampai dengan hari raya Idul Fitri, ternyata masih banyak orang-orang yang tidak mendapatkan apa-apa atau bahkan merugi saat Idul Fitri.

Materi khutbah Idul Fitri kali ini membahas bagaimana orang merugi ketika datangnya hari raya Idul Fitri.

Materi khutbah ini dibuat secara singkat dan mudah dipahami serta cocok untuk dijadikan referensi khutbah Idul Fitri tahun ini.

Baca Juga: LENGKAP, Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa Ramadhan 2022 DKI Jakarta: Jakbar, Jakpus, Jaktim, Jakut, Jaksel

Simak khutbah Idul Fitri 1443 H-2022 M dengan tema 10 orang yang merugi saat hari raya Idul Fitri seperti dikutip seputarlampung.com dari situs rumaysho.com berikut:

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Jama’ah rahimani wa rahimakumullah, jama’ah yang senantiasa dirahmati dan diberkahi oleh Allah.

Kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita sekalian, sehingga kita bisa merampungkan puasa pada Ramadan kemarin dan hari ini kita bertemu dengan hari raya Idul Fitri, yang semoga membawa berkah bagi kita semua.

Shalawat dan salam semoga tercurah pada suri tauladan kita dan menjadi akhir zaman, Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada istri beliau—Ummahatul Mukminin—dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum, serta yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Dengan gema takbir, tanda bahwa kita telah menyelesaikan puasa wajib di bulan Ramadan. Semoga amal-amal kita diterima, amalan puasa kita diterima, shalat malam kita diterima, serta sedekah dan kebaikan kita lainnya di bulan Ramadan, dan kita harap bisa istiqamah setelah itu.

Baca Juga: Baznas Lampung Lowongan Kerja sebagai Calon Pimpinan Periode 2022-2027, Simak Informasi Lengkapnya

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Di hari Idul Fitri 1440 H, kami ingin menyampaikan khutbah yang cukup sederhana yaitu sepuluh orang yang merugi saat Idul Fitri ini. Siapa saja mereka? Kita berharap, kita tidak termasuk di dalamnya dan selamat dari sifat-sifat jelek yang ada.

Pertama: Yang belum sadar shalat fardu hingga Idul Fitri.

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالكُفْرِ ، تَرْكَ الصَّلاَةِ

“Sesungguhnya batas antara seseorang dengan syirik dan kufur itu adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim, no. 82)

Imam Nawawi rahimahullah menyebutkan, “Jika seseorang meninggalkan shalat, maka tidak ada antara dirinya dan kesyirikan itu pembatas, bahkan ia akan terjatuh dalam syirik.” (Syarh Shahih Muslim, 2:64)

Kedua: Yang belum pernah menginjakkan kakinya di masjid hingga Ramadan usai.

Padahal jika kita dalam keadaan sehat, punya penglihatan yang jelas, tidak ada penghalang untuk ke masjid tentu wajib untuk menunaikan shalat berjamaah di masjid.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kedatangan seorang lelaki yang buta. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki seorang penuntun yang menuntunku ke masjid.’ Maka ia meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberinya keringanan sehingga dapat shalat di rumahnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya keringanan tersebut. Namun ketika orang itu berbalik, beliau memanggilnya, lalu berkata kepadanya,

هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ؟

‘Apakah engkau mendengar panggilan shalat?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda,

فَأجِبْ

‘Maka penuhilah panggilan azan tersebut.’ (HR. Muslim, no. 503).

Baca Juga: Hindari Sayuran Ini saat Sahur dan Buka Puasa agar Asam Lambung atau Maag Tidak Kambuh, Ini Kata Saddam Ismail

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Ketiga: Yang memikirkan ibadah hanya di bulan Ramadan saja.

Di antara salaf, ada yang bernama Bisyr pernah menyatakan,

بِئْسَ القَوْمُ لاَ يَعْرِفُوْنَ اللهَ حَقًّا إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَ يَجْتَهِدُ السَّنَةَ كُلَّهَا

“Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah di bulan Ramadhan saja. Ingat, orang yang shalih yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 390)

Kita diperintahkan itu sampai mati, bukan hanya di bulan Ramadan saja, bukan hanya Ramadoniyyun saja.

Allah Ta’ala perintahkan,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu kematian.” (QS. Al-Hijr: 99).

Keempat: Yang merugi tidak mendapatkan lailatul qadar, hanya memikirkan persiapan lebaran saja dengan berada di mall-mall.

Ada yang malam ke-27 Ramadan malah satu keluarga jalan-jalan ke mall di saat masjid-masjid penuh dengan orang yang iktikaf. Mereka yang di masjid sibuk mencari Lailatul Qadar, karena Lailatul Qadar di masa Nabi pernah terjadi di malam ke-27. Apa kerugiannya?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari, no. 1901).

Baca Juga: Berapa Besaran Zakat Fitrah pada Ramadan 2022? Berikut Perhitungan Zakat Menurut BAZNas Kabupaten Sumedang

Keutamaan seperti ini juga rugi tidak ia dapatkan,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadar: 3).

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Kelima: Menuruti anak dalam perkara maksiat untuk memeriahkan Idul Fitri.

Ada yang menuruti anak dalam hal maksiat seperti memberikan alat musik, petasan, dan hal-hal mudarat serta haram lainnya. Dari sisi petasan untuk memeriahkan hari raya, di dalamnya tak ada manfaat sama sekali. Yang ada hanya suara bising yang mengganggu orang lain. Dalam ajaran Islam yang dituntunkan adalah seperti disebutkan dalam hadits,

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan tangannya tidak mengganggu orang lain.” (HR. Bukhari, no. 10 dan Muslim, no. 41).

Bermain petasan sama saja dengan membakar uang. Perbuatan ini termasuk tabdzir (menyalurkan harta untuk tujuan yang haram). Tabdzir itu termasuk mengikuti langkah setan sebagaimana disebutkan dalam ayat,

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.” (QS. Al Isro’: 26-27).

Keenam: Sudah mampu dengan memenuhi syarat zakat, namun pelit untuk berzakat.

Harusnya seorang muslim tidak takut hartanya berkurang karena zakat dan sedekah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallampernah menyemangati Bilal untuk bersedekah,

Baca Juga: Lambung Perih karena Maag Kambuh saat Berpuasa? Lakukan Ini Selama Ramadan Kata Dokter Saddam Ismail

أَنْفِقْ بِلاَل ! وَ لاَ تَخْشَ مِنْ ذِيْ العَرْشِ إِقْلاَلاً

“Berinfaklah wahai Bilal! Janganlah takut hartamu itu berkurang karena ada Allah yang memiliki ‘Arsy (Yang Maha Mencukupi).” (HR. Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dalam Al-Kabir. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Lihat Shahihul Jaami’, no. 1512)

Ketujuh: Sibuk meminta maaf pada manusia, namun tak peduli dosanya pada Ar-Razzaq (Yang Maha Memberi Rezeki). 

Banyak yang saat Idul Fitri minta maaf kepada manusia, namun tak pernah ia meminta maaf kepada Allah. Ia terus saja meninggalkan shalat, atau shalatnya bolong-bolong dan itu berlanjut hingga Ramadan, kemudian berlanjut bada Ramadan. Seharusnya kita segera bertaubat. Dosa terkait hak Allah harusnya kita dahulukan untuk mendapatkan maaf dan ampunan Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135).

Kedelapan: Sudah sampai bulan Ramadan, tak kunjung pula menikah atau menikahkan putrinya padahal sudah wajib untuk menikah.

Hatim Al-Asham berkata, “Ketergesa-gesaan biasa dikatakan dari setan kecuali dalam lima perkara, (di antaranya): menikahkan seorang gadis jika sudah bertemu jodohnya.” (Hilyah Al-Auliya’, 8:78)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ

“Jika ada yang engkau ridhai agama dan akhlaknya datang untuk melamar, maka nikahkanlah dia. Jika tidak, maka akan terjadi musibah di muka bumi dan mafsadat yang besar.” (HR. Tirmidzi, no. 1084 dan Ibnu Majah, no. 1967. Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ Al-Ghalil, no. 1868 menyatakan bahwa hadits ini hasan).

Kesembilan: Membahagiakan teman dengan maksiat seperti mengajak mabuk-mabukkan.

Baca Juga: Cek Rekening! KJP Plus Tahap 1 2022 Sudah Cair, Benarkah? Maaf, Siswa Pemilik NIK Ini Gagal Terima KJP Plus

Yang tepat adalah membahagiakan orang lain dengan mendukung dalam hal ibadah atau minimal perkara mubah, bukan dalam maksiat. Bagaimana caranya? Yaitu bisa dengan membantu urusannya, bisa dengan bersedekah untuknya, bisa dengan memberi hadiah, dan semacamnya.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ

“Siapa yang biasa membantu hajat saudaranya, maka Allah akan senantiasa menolongnya dalam hajatnya.” (HR. Bukhari no. 6951 dan Muslim no. 2580).

Kesepuluh: Masih muda hanya memikirkan kesenangan, tanpa memikirkan ibadah sama sekali, malah seringnya durhaka pada orang tua.

Dari Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi, no. 2417, dari Abi Barzah Al-Aslami. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Padahal bulan Ramadan itu penuh ampunan dan rahmat, sehingga jika keluar dari Ramadan, keadaan seharusnya adalah mendapatkan banyak ampunan lewat amalan puasa, shalat tarawih, shalat pada malam lailatul qadar, dan membayar zakat fitrah. Qatadah mengatakan, “Siapa saja yang tidak diampuni di bulan Ramadhan, maka sungguh di hari lain ia pun akan sulit diampuni.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 370-371)

Ulama salaf mengatakan kepada sebagian saudaranya ketika melaksanakan shalat Id di tanah lapang, “Hari ini suatu kaum telah kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 366)

Apa yang harus kita lakukan bada Ramadan adalah berusaha istiqamah, berdoa agar amal kita diterima, dan berharap agar bisa lagi berjumpa dengan Ramadan berikutnya.

Sebagian ulama sampai-sampai mengatakan, “Para salaf biasa memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima.”

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Demikian khutbah pertama ini.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ أَعْمَلَنَا فِي رَمَضَانَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم

عِيْدُكُمْ مُبَارَكٌ وَعَسَاكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ

كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Demikianlah materi khutbah Idul Fitri 1443 H-2022 M dengan tema 10 orang yang merugi saat hari raya Idul Fitri yang bisa dijadikan referensi bagi Anda yang belum menyiapkannya.***

Editor: Ririn Handayani

Sumber: rumaysho.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah