Naskah Khutbah Idul Adha 1442 H/2021, Tema 'Memetik Pelajaran Berharga dari Orang yang Gagal Naik Haji'

- 2 Juli 2021, 18:50 WIB
Ilustrasi pelaksanaan ibadah haji.
Ilustrasi pelaksanaan ibadah haji. /Dinar_Aulia/Pixabay

Baca Juga: Indonesia Baru Akan Terapkan PPKM Darurat, 5 Negara Ini Justru Sudah Bebas Masker: Nomor 3 Bikin Tercengang

وَلِلهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

“Mengerjakan haji adalah kewajiban menusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS Ali Imran: 97)

Pelajaran kedua,

Abdullah bin Mubarak telah melaksanakan “al-birru” atau kebajikan yang memang sangat dianjurkan dalam Islam. Ia menyedekahkan sesuatu yang sejatinya ia perlukan untuk menunaikan ibadah haji. Al-Qur’an menyebutkan:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

“Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan (yang sempurna), sebelum kalian mendermakan sebagian dari hartamu yang kamu cintai. (QS Ali Imran: 92)

“Al-birru” merupakan derivasi dari kata barra-yabirru yang berarti berbuat baik atau patuh. Dari kata ini pula terbentuk istilah mabrûr.

Haji mabrur dengan demikian bukan semata soal pelaksanaan rukun dan wajib haji beserta hal-hal teknis lainnya. Tapi juga bagaimana haji membentuk pribadi yang al-bârr, yakni bajik secara sosial.

Pemilik predikat haji mabrur tak hanya meningkat ibadahnya melainkan juga meningkat kepeduliannya terhadap persoalan di sekelilingnya sepulang dari haji. Artinya, substansi mabrûr ada pada akhlak da karenanya tidak heran bila Abdullah bin Mubarak mendapat kemuliaan meski belum berangkat ke Tanah Suci lantaran rasa kemanusiaan dan kepedulian sosialnya yang tinggi.

Halaman:

Editor: Dzikri Abdi Setia

Sumber: islam.nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah