Khutbah Jumat Singkat Jelang Akhir Tahun 2020, Tema Bukti Keimanan Seorang Muslim

- 23 Desember 2020, 12:35 WIB
Ilustrasi khutbah JUmat.
Ilustrasi khutbah JUmat. /Dimitris Vetsikas /Pixabay

وَقَالَ النَّبِيُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمََ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه البخاري و مسلم). أَمَّا بَعْدُ:

KHUTBAH KEDUA

Keimanan seorang hamba kepada Allah tak cukup hanya sekedar diucapkan di lisan saja, tapi butuh pembuktian yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Di antara pembuktian iman kepada Allah yang harus ada pada diri seorang mukmin adalah sebagaimana pesan Rasulullah Saw dalam hadits berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهَ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. (رواه البخاري و مسلم)

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)

Ibnu Hajar rahimahullah berkomentar: “Hadits ini termasuk jawami’ul kalim (ucapan yang singkat dan padat). Mencakup tiga hal yang menghimpun berbagai akhlak terpuji, baik dalam perbuatan maupun ucapan.”

Baca Juga: Ubah Kebiasaan Ini Kalau Mau Hidupmu Lebih Bahagia, Jangan Kebanyakan Mengeluh

Ma’asyiral Muslimim Rahimakumullah
Pertama, berkata baik atau diam. Sebagai orang yang beriman sepatutnya kita membatasi diri dengan berbicara yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Seorang muslim mesti menjauhi perkataan yang bisa menyakiti hati saudaranya atau yang berpotensi menimbulkan perpecahan, seperti perkataan yang mengandung unsur provokasi, ujaran kebencian, hoax, fitnah, gosip murahan, adu domba dan sebagainya. Apalagi seorang publik figur yang setiap ucapannya direkam dan dicatat oleh banyak orang, maka harus lebih ekstra hati-hati dalam melontarkan ucapannya. Imam Ahmad meriwayatkan dalam musnadnya dari Anas, bahwa Nabi saw bersabda:

لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ، وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ (رواه أحمد)

“Iman seorang hamba tidak lurus sehingga hatinya lurus dan hatinya tidak akan lurus sehingga lidahnya lurus.” (HR. Ahmad)

Halaman:

Editor: Ririn Handayani

Sumber: suara muhammadiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah