Khutbah Jumat Singkat Terbaru Ramadhan 30 April 2021: Kewajiban dan Resiko Ayah Terhadap Keluarga

29 April 2021, 17:30 WIB
Ilustrasi ayah dan anak. /Lorraine Cormier/Pixabay/

SEPUTAR LAMPUNG - Bulan suci Ramadhan 1442 H/2021 merupakan bulan penuh keistimewaan yang harus dicapai agar kita bisa memperoleh fadhilah dan keutamaannya.

Salah satunya, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, karena hanya ketaqwaanlah yang akan menjadi sebaik-baik bekal menghadap Allah nanti.

Peran ayah sangat penting bagi sebuah keluarga, karena ayah adalah seorang pemimpin yang berkewajiban menuntun istri dan anaknya kejalan yang benar, seperti mengajak beribadah, dan juga memberikan pendidikan yang layak, yakni mencakup aspek pendidikan keduniaan maupun aspek akhirat yang merupakan jalan yang akan menyelamatkan dari api neraka.

Baca Juga: Terkuak Sudah, Ternyata Hal Ini Jadi Penyebab Tenggelamnya KRI Nanggala 402 di Laut Utara Bali

Namun, kebanyakan para pemimpin keluarga (Ayah) sering melupakan hal tersebut dan lebih mementingkan aspek dunia saja, padahal aspek akhirat harus diperhatikan untuk menggapai Ridho Allah Swt agar keluarga tersebut selalu dalam lindungannya.

Momen bulan Ramadhan 1442/2021 sangat tepat untuk memberikan arahan yang baik kepada anak dan istri agar kelak ayah mampu mempertanggungjawabkan semua hal yang diberikan kepada keluarga.

Lantas, bagaimana cara ayah melaksanakan kewajibannya sebagai seorang pemimpin untuk mengajak kebaikan di bulan suci Ramadhan 1442 H?

Berikut khutbah Jumat bertema: Kewajiban dan Resiko Seorang Ayah Terhadap Keluarga di Bulan Ramadhan 2021, sebagaimana dikutip dari laman suaramuhammadiyah.id, yang disampaikan oleh Arif Fahrudin S.Pd, Alumni Pondok Pesantren Imam Syuhodo angkatan XIII, dan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta angkatan XIII.

Baca Juga: Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar Serta Kejadiaan yang Menimpa Rasulullah Saat Malam Lailatul Qadar

Khutbah pertama

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ َأنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ، فَلَا هَادِيَ لَهُ. وأَشْهَدُ أنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Jamaah sidang jum’at yang dirahmati Allah,

Allah telah memerintahkan kepada seluruh kaum muslimin untuk saling tawashaw bi al-aq, tawashaw bi as-shabr, dan dalam kesempatan kali ini, khatib ingin berwashiyat kepada khususnya khatib sendiri, dan umumnya kepada seluruh jamaah untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, karena hanya ketaqwaanlah yang akan menjadi sebaik-baik bekal menghadap Allah nanti.

Di hari jum’at yan barokah ini, kita dianjurkan untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad, sehingga khatib juga tidak lupa mengingatkan kepada seluruh jamaah untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad saw agar kita mendapat syafaat dari beliau di hari akhir nanti.

Jamaah sidang jum’at yang dirahmati Allah,

Baca Juga: 6 Surat dalam Al Quran ini Ternyata Sangat Dibenci Setan, Salah Satunya Ayat Kursi, Baca Tiap Pagi dan Petang!

Pada hakikatnya, semua orang adalah pemimpin yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Rasulullah bersabda:

كلكم رَاعٍ ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ : وَالأمِيرُ رَاعٍ ، والرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أهْلِ بَيتِهِ ، وَالمَرْأةُ رَاعِيةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجها وَوَلَدهِ ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. (مُتَّفَقٌ عَلَيهِ)

Artinya: Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang yang ia pimpin. Seorang penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya, seorang istri adalah pemimpin atas anak dan rumah tangga suaminya. Maka tiap-tiap kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas siapa yang dia pimpin. (Muttafaqun ‘Alaih)

Kewajiban utama setiap pemimpin adalah mengarahkan orang yang dipimpin. Sebagai seorang kepala keluarga, seorang bapak bertanggung jawab dalam menjaga keluarganya dari api neraka. Hal ini sesuai firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا (التحريم: ٦)

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka. (at-Tahrim: 6)

Jamaah sidang jum’at yang dirahmati Allah,

Baca Juga: Wajib Tahu! Sejarah Hardiknas yang Diperingati Setiap Tanggal 2 Mei dan Hubungannya dengan Ki Hajar Dewantara

Ketika ayat tersebut turun, Umar bin al-Khattab bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Wahai Rasulullah, kami telah menjaga diri kami dari api neraka, lalu bagaimana kami menjaga keluarga kami?” lalu Nabi pun menjawab “Perintahkanlah keluargamu akan apa yang Allah perintahkan kepadamu, dan laranglah keluargamu dari apa yang Allah larang kepadamu”.

Muhammad Rasyid Ridha (dalam tafsir al manaar) memahami ayat ini dengan pernyataan : Ajarilah diri, dan keluarga kalian dengan kebaikan, dan adab. Sedangkan Abdurrahman as-Sa’di dalam Taisiru Kariimi ar-Rahman menyatakan:

Perintah menjaga diri dan keluarga yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah perintah untuk menjaga diri sendiri dengan mengamalkan perintah-perintah Allah, menegakkan perintah-perintahnya dengan rasa taat dan menjauhi larangannya, serta bertaubat jika melakukan perbuatan yang mengundang murka dan adzab Allah, dan menjaga diri sendiri serta keluarga dengan cara mengajarkan adab, ilmu. Maka, seorang hamba belum sepenuhnya mempasrahkan dirinya kepada Allah sebelum ia menegakkan perintah-perintah Allah terhadap dirinya sendiri, dan kepada orang-orang yang termasuk dalam tanggungannya, yaitu istrinya, anak-anaknya, dan siapapun yang berada di rumahnya.

Pada masa sekarang, kebanyakan para pemimpin keluarga -dalam hal ini ayah- hanya tahu bahwa kewajibannya adalah sekedar memberikan nafkah kepada keluarganya. Padahal, nafkah yang diberikan hanya sanggup untuk menjaga anggota keluarganya dari kelaparan di dunia. Sedangkan bekal nafkah ukhrawiy, yang berupa ajakan-ajakan untuk sama-sama beribadah, dan juga pemberian pendidikan yang layak dan mencakup aspek pendidikan keduniaan maupun aspek akhirat yang merupakan jalan yang akan menyelematkan dari api neraka justeru banyak dilupakan.

Ringkasnya, bekal dalam ilmu agama masih menjadi hal yang jarang diperhatikan oleh para kepala keluarga kepada keluarganya. Jika hanya aspek dunia yang diberikan kepada keluarganya, bagaimana keluarganya akan selamat dari api neraka?

Baca Juga: Sering Dilakukan Orang Indonesia Saat Kurang Enak Badan, Berikut Manfaat dan Bahaya dari Keseringan Kerokan

Jamaah sidang jum’at yang dirahmati Allah,

Hal lain yang kdang dilupakan oleh para orang tua dalam pendidikan seorang anak adalah kecenderungan anak yang mengikuti figur orang tua atau panutan dalam aktifitasnya sehari-hari. Seorang ayah, akan menjadi tauladan bagi anak-anaknya. Maka jika anak-anaknya melihat ayah yang memiliki perilaku yang baik, maka naluri seorang anak akan mengikuti perbuatan orang tuanya. Jika melihat ayahnya selalu berbicara dengan sopan terhadap anaknya, maka anak akan berkata dengan sopan kepada ayahnya, kepada ibunya, dan kepada orang-orang yang ia temui.

Dengan demikian, mendidik seorang anak maupun keluarga adalah dengan cara memberikan pendidikan yang mengajarkan bekal akhirat, dan memberikan tauladan yang bagus kepada anak. Kalau kita suka berkata kasar dan malas menjalankan shalat maka kita pernah berhak untuk beharap anak kita akan bertutur lembut dan taat beribadah

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ العَظِيْمِ وَ نَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنّيْ وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَ الْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنِ وَ لَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ, أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, وَ لَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Pada khutbah yang kedua ini. Khatib mengingatkan kembali kepada seluruh jamaah yang hadir untuk menghentikan fikiran “yang penting anak-istriku bisa makan” saja, namun gantilah dengan “bagaimanapun aku, anak, dan istriku bisa masuk surga bersama-sama”. Dengan demikian keluarga tersebut adalah keluarga yang diberkahi fi ad-dunya wa al-akhiroh. Dan akhirnya marilah kita berdoa kepada Allah agar kita semua diberkahi kenikmatan dunia dan akhirat.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَعْوَاتِ. اللّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِهِمْ الْإِيْمَانَ وَالحِكْمَةَ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يَشْكُرُوْا نِعْمَتَكَ الَتِي أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ.

رَبِّ اجْعَلْنَا مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَائنَا, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِنَا وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, َقِنَا عَذَابَ النَّارِ, َقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ, وَ الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. ***

Editor: Dzikri Abdi Setia

Sumber: Suara Muhammadiyah

Tags

Terkini

Terpopuler