WASPADA! Tak Hanya Menyerang Anak dan Bayi Baru Lahir, Lansia Ternyata Lebih Rentan Alami Hidrosefalus

29 Agustus 2021, 10:05 WIB
Ilustrasi. Hidrosefalus bukan hanya mengancam bayi baru lahir, tetapi lansia. /Pixabay/fsrao/

SEPUTARLAMPUNG - Hidrosefalus yang salah satunya ditandai dengan kepala yang membesar selama ini sering dianggap kasus yang banyak terjadi pada anak atau bayi baru lahir.

Tanda yang paling umum dari penyakit ini adalah kepala yang membesar dengan ukuran yang melebihi ukuran normal pada umumnya.

Kepala yang membesar karena penumpukan cairan ini membuat ukuran kepala penderita jad terlihat tidak proporsional dengan ukuran badannya.

Siapa sangka, hidrosefalus ternyata tak hanya menyerang anak dan Bayi Baru Lahir, namun juga bisa menjangkiti orang dewasa bahkan lansia. Risiko yang mungkin terjadi juga relatif sama yakni bisa menimbulkan kecacatan permanen hingga kematian.

Baca Juga: Jadi Sorotan ICW, 18 Timses Jokowi Dapat Jabatan Komisaris BUMN: Ajang Bagi-bagi Kursi dan Ucapan Terima Kasih

Potensi terjangkiti ini membuat kita mesti berhati-hati. Salah satu hal yang harus dilakukan adalah mengenal gejala dan cara mengantisipasinya sedini mungkin.

Dokter Spesialis Bedah Saraf Rumah Sakit Santosa Bandung Hadian Adhipratama menyebutkan, hidrosefalus adalah suatu kondisi di mana terjadi akumulasi dan pengumpulan cairan otak secara abnormal serta berlebihan di dalam otak.

Kondisi ini dapat terjadi apabila aliran cairan otak atau saluran pembuangan otak terhambat atau bermasalah, karena diakibatkan penyakit tertentu.

"Pada orang dewasa, penyebabnya adalah beberapa penyakit seperti tumor otak, perdarahan otak, atau akibat peradangan selaput otak atau meningitis," kata Hadian, Jumat, 27 Agustus 2021.

Disebutkan dr. Hadian, lansia di atas 60 tahun juga punya potensi mengalami hidrosefalus yang lebih tinggi dibanding usia produktif.

Berdasarkan penelitian Kuo-Wei Wang, semakin tua usia, maka kemungkinan bagi penderita meningitis untuk terkena komplikasi hidrosefalus akan semakin besar.

"Bahkan dari penelitian tersebut didapatkan bahwa usia rata-rata untuk penderita meningitis yang mengalami komplikasi hidrosefalus adalah 60,4 tahun," kata dr. Hadian.

Baca Juga: 4 Bantuan Sosial (Bansos) Segera Cair September 2021: Ada BSU Subsidi Gaji, BPUM/BLT UMKM, UKT Rp 2,4 Juta

Meningitis

Peradangan selaput otak atau meningitis pada umumnya dapat diakibatkan oleh beberapa jenis mikroorganisme, yaitu virus dan bakteri. Dibandingkan virus, angka kejadian meningitis akibat bakteri pada orang dewasa jauh lebih tinggi, terutama di Indonesia.

Jenis bakteri penyebabnya yakni Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis dan Listeria monocytogenes.

Di dalam otak manusia, terdapat rongga yang disebut dengan ventrikel, yang di dalamnya terdapat struktur yang disebut plexus koroideus untuk memproduksi cairan otak. Pada penderita meningitis, kondisi cairan otak akan menjadi pekat.

Apabila kepekatan ini semakin memburuk, maka penyerapan cairan otak untuk masuk ke dalam aliran pembuluh darah balik otak akan terganggu.

Bila sudah mencapai titik tertentu, maka cairan otak yang diproduksi akan lebih banyak jumlahnya dibanding yang bisa diserap, sehingga pada akhirnya akan terus menumpuk di dalam otak dan kepala membesar terus, hingga menekan otak di sekitarnya.

Gejala yang tampak pada penderita meningitis adalah demam, nyeri kepala, mual hingga muntah, tampak mengantuk, mata merasa silau berlebihan terhadap sinar, dapat disertai tampak kebingungan, dan kejang.

Baca Juga: Bagaimana Alur Pencairan Bantuan PIP 2021 Pelajar SD, SMP, SMA, dan SMK? Cek Namamu Klik pip.kemdikbud.go.id

Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan spesifik yang bisa dilakukan adalah metode Brudzinski Sign, yaitu apabila kepala penderita ditekuk, maka leher akan tampak kaku, pinggul dan paha juga akan tampak naik, serta lutut akan tertekuk.

"Pada penderita hidrosefalus akibat meningitis, penderita akan cenderung menurun kesadarannya. Gejala awal biasanya penderita terlihat sering mengantuk, cenderung tidur, serta tampak disorientasi dengan sekitarnya," ucap dr. Hadian.

Yang membedakan gejala tersebut dengan gejala penyakit lain yakni pada penderita hidrosefalus, penurunan kesadaran pada umumnya bersifat tidak mendadak, namun berlangsung bertahap selama berhari-hari, dan akan semakin memburuk seiring waktu hingga kemungkinan terburuknya kesadaran penderita menjadi sangat rendah atau koma, dan dapat disertai kejang serta keluhan gangguan penglihatan.

Periksa ke Dokter

Pada saat pertama kali merasakan gejala-gejala tersebut, dr. Hadian mengatakan agar penderita harus langsung dibawa ke dokter. Penanganan yang terlambat bisa menyebabkan kerusakan otak permanen hingga kematian.

"Apabila dibiarkan, akibat kerusakan otak ini penderita bisa jadi kesadarannya tidak bisa pulih hingga kemungkinan terburuknya adalah kematian. Untuk yang telah diterapi saja, angka kematian dan morbiditas berat untuk penyakit ini sangat tinggi, yaitu 50-60 persen. Sedangkan untuk yang tidak diterapi sama sekali, angka kematian dan morbiditas beratnya lebih tinggi lagi, yaitu hampir mencapai 100 persen," tutur dr. Hadian.

Baca Juga: Kenapa Karyawan dengan Rekening BCA dan Bank Swasta Belum Terima BSU Rp1 Juta 2021? Begini Keterangan Kemnaker

Penanganan hidrosefalus akibat meningitis tidak cukup hanya dilakukan dengan obat-obatan, namun harus dengan operasi.

"Prosedurnya yakni apa yang disebut dengan diversi LCS atau cairan otak," ujarnya.

Kesembuhan

Hingga kini, belum ada penelitian yang secara khusus menjelaskan bagaimana tingkat kesembuhan bagi penderita meningitis dengan komplikasi hidrosefalus yang terjadi pada orang dewasa.

Namun secara umum, berdasarkan penelitian, tingkat kesembuhan bagi penderita meningitis TB dengan komplikasi hidrosefalus yang dilakukan terapi dengan pemasangan VP Shunt adalah sebesar 31,51 hingga 78,57 persen, tergantung dari derajat keparahan penyakitnya.

Sedangkan dalam kasus meningitis bakterial dengan komplikasi hidrosefalus yang dilakukan terapi dengan pemasangan EVD adalah sebesar 57 persen.***(Endah Asih/Pikiran Rakyat)

*) Disclaimer: Artikel ini sebelumnya telah tayang di Pikiran-rakyat.com dengan judul "Kepala Membesar, Hidrosefalus Lebih Rentan Dialami Lansia".

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler