Kenang Satu Tahun Kepergian Glenn Fredly, Waspada! Berikut Tanda Gejala Meningitis Pada Anak

8 April 2021, 13:15 WIB
Potret Glenn Fredly semasa hidup. /@glennfredly309/Instagram

SEPUTAR LAMPUNG - Tepat satu tahun sudah penyanyi R&B kenamaan Indonesia, Glenn Fredly menutup mata untuk selama-lamanya.

Laki-laki kelahiran Jakarta ini menghembuskan nafas terakhirnya tepat pada tanggal 8 April 2020 karena terkena penyakit meningtis.

Meningtis sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada lapisan pelindung otak dan saraf tulang belakang.

Baca Juga: Gagal Bersatu di Crash Landing on You, Kim Jung Hyun dan Seo Ji Hye Dikabarkan Sudah Pacaran Selama Setahun!

Baca Juga: Bocoran 'Kisah Untuk Geri' Episode 8 Besok Malam, 9 April 2021: Tiga Rahasia Besar Raini Akhirnya Terkuak?

Penyakit ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit.

Penyakit ini terkadang sangat sulit untuk dikenali gejalanya karena memiliki gejala awal yang serupa dengan flu, demam, atau sakit kepala.

Tak hanya menyerang orang dewasa, meningitis ternyata bisa mengintai anak-anak dan perlu pencegahan.

Baca Juga: KUNCI JAWABAN Tematik Lengkap Tema 7 Kelas 1 SD/MI Halaman 130 Sampai 145 Subtema 3 dan 4

Baca Juga: Waspada! Berikut 5 Gejala yang Tunjukkan Anda Alami Osteoporosis Parah, Salah Satunya Sering Sesak Nafas

"Penyakit ini memang jarang ditemukan, namun mematikan. Meningitis merupakan peradangan pada meningen atau selaput otak," kata dr Attila Dewanti, Sp.A(K), dikutip Seputar Lampung dari Antara, Kamis, 8 April 2021.

Attila mengatakan Indonesia merupakan penyumbang kasus dan kematian tertinggi di Asia Tenggara akibat meningitis.

Menurutnya, dari berbagai macam penyebab meningitis, yang paling berbahaya adalah meningitis yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tematik Kelas 1 Tema 7 SD Halaman 10 11-12 13-14 15-16 17-18 19-20 21 Subtema 1 Pembelajaran 2

Baca Juga: Bunda Catat! Tahukah Anda Ternyata 6 Jenis Makanan Ini Bisa Tingkatkan Kesehatan Otak Anak, di Antaranya Telur

"Meningitis yang disebabkan oleh bakteri tersebut dinamakan Invasive Meningococcal Disease atau disingkat IMD," kata dr Attila.

Jika ditangani tidak tepat, lanjut dia, 50 persen IMD bisa berakhir dengan kematian dan 5-10 persen kasus berakibat fatal walau sudah dilakukan terapi.

Pada masa epidemi, IMD sendiri lebih banyak menyerang anak-anak dan dewasa muda. Sedangkan saat nonepidemi, IMD lebih banyak menyerang anak-anak dari usia 3 bulan hingga 5 tahun.

Baca Juga: Pendaftaran Sekolah Kedinasan di Buka 9 April 2021, Berikut 8 Instansi yang Buka

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 9 Kelas 5 Halaman 139 142 143 145 146 148 149 Subtema 3 Pembelajaran 3

"Hanya dalam 24 jam saja kondisi anak bisa dapat berubah dari yang hanya panas menjadi berbahaya," jelasnya.

Dokter Attila pun memaparkan gejala anak di atas 1 tahun yang terkena IMD, antara lain demam, sakit pada punggung atau leher, sakit kepala, mual atau muntah-muntah, leher kaku, dan bercak ruam ungu kemerahan.

Kemudian pada bayi, gejala IMD tidak mudah untuk dilihat, namun gejala ini bisa menjadi perhatian para orang tua.

Baca Juga: Update Info Lampung Terkini Kamis, 8 April 2021: Hujan Lebat di 7 Wilayah Hingga Kasus Covid-19 Bertambah 44

Baca Juga: Dukung Larangan Mudik, Jakarta Tutup Seluruh Terminal Bus AKAP Kecuali di Terminal yang Satu Ini

Antara lain rewel, lesu, tidur sepanjang waktu, menolak menggunakan botol, menangis saat digendong dan tidak bisa ditenangkan saat menangis.

"Kemudian ubun-ubun yang menonjol (pada bayi), perubahan perilaku serta demam," kata dokter lulusan Universitas Indonesia itu.

Dia melanjutkan, terdapat beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya Invasive Meningococcal Disease, yaitu kontak erat dengan orang yang terinfeksi, asap rokok (aktif dan pasif), pemukiman yang padat, perubahan iklim, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan riwayat infeksi saluran pernafasan atas.

Baca Juga: Mengenal Malaikat Izrail Sang Pencabut Nyawa, Ternyata Begini Cara Kerjanya Saat Mengambil Ruh Manusia

Dia menegaskan, IMD memang dapat diobati, tapi IMD dapat meninggalkan 'jejak' seperti kelumpuhan, tuli, dan juga kerusakan otak.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, pencegahan terbaik untuk meningitis adalah dengan vaksinasi.

Vaksinasi diutamakan diberikan untuk anak-anak di bawah usia 5 tahun, dan juga anak kelompok usia remaja berusia 11-18 tahun. Saat ini vaksinasi untuk mencegah IMD sudah tersedia di Indonesia.

Baca Juga: Pemprov Lampung dan Lampung Sai Gelar Tradisi Blangikhan Jelang Ramadhan 1442 H

"Mari kita melindungi orang-orang tersayang kita dengan vaksinasi. Buat kamu yang ingin mendapatkan vaksinasi pencegah IMD, Anda bisa konsul ke dokter," tandas Atilla.***

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler