Akibatnya, saat puncak gerhana di suatu tempat tertentu, Matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya, sedangkan di tempat tertentu lainnya, Matahari seakan-akan tertutupi oleh Bulan.
Wilayah yang bisa menyaksikan Gerhana Matahari Hibrida adalah Pulau Kisar, Pulau Maopora, Pulau Damar, Pulau Watubela, Kampung Antalisa (Fakfak), Randepandai, Roswar, Pulau Num, Wooi, Serui, dan Biak Kota.
Sementara, wilayah Indonesia yang akan mengalami Gerhana Matahari Hibrida secara total (GMT) adalah Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Prediksi penampakan GMT 2023 ini akan terjadi pada pukul 12.20 WIT atau 10.20 WIB dan puncaknya ada pada pukul 13.57 WIT atau 11.57 WIB.
Dampak Gerhana Matahari Hibrida
- Cuaca menjadi gelap seperti malam hari
- Adanya penurunan suhu
- Perubahan perilaku hewan nocturnal (hewan malam)
- Terjadinya pasang air surut
- Merusak penglihatan hingga bisa sebabkan kebutaan jika disaksikan tanpa alat bantu dan filter khusus (solar filter)
Premana W. Premadi, dosen Astronomi ITB yang juga Kepala Observatorium Bosscha mengatakan, jika ingin melihat Gerhana Matahari Hibrida ini tidak bisa dilihat langsung secara kasat mata ke arah Matahari.
Menurutnya, hal ini bisa menimbulkan gangguan serius pada mata hingga yang terburuk adalah mengalami kebutaan. Jadi untuk melihatnya denga naman harus menggunakan alat khusus berupa solar filter.