SEPUTARLAMPUNG.COM – Kabar unik untuk kita semua, Amir Hamidy seorang peneliti Herpetologi dari Pusat Penelitian Biologi Badan Riset dan Inovasi (BRIN) berhasil menemukan jenis katak baru Microhyla yang memiliki postur tubuh kecil dan mulut sempit.
“Katak ini masih merupakan anggota dari M. achatina dan saudara dari M. orientalis. Namun berdasarkan analisis morfologis, molekuler, dan akustik terdapat perbedaan dan kami mengidentifikasikan katak ini sebagai spesies baru,” kata Amir Hamidy melalui laman LIPI pada 13 September 2021.
Spesies katak baru tersebut diberi nama “Sriwijaya” yang diabadikan dari salah satu nama kerajaan yang berlokasi di Sumatera, Indonesia.
Dilansir Seputarlampung.com melalui BRIN, penemuan “Microhyla Sriwijaya” yang memiliki ciri panjang moncong hanya 12.3 hingga 15.8 mm yang terlihat berbentuk tumpul dan bulat, ini telah dipublikasikan di jurnal Zootaxa pada 2 September 2021.
Selain itu, ciri khas fisik dari “Microhyla Sriwijaya” ini memiliki tanda tubuh yang terletak pada bagian punggung dengan tuberkel menonjol dan berwarna coklat kemerahan.
Pulau Sumatera menjadi wilayah nomor dua yang memiliki banyak variasi keanekaragaman “Microhyla”. Menurut Rury Eprilurahman, “Pulau Sumatera, menempati posisi kedua wilayah terluas untuk keanekaragaman spesies Microhyla. Hal ini diwakili oleh tujuh dari sembilan spesies Indonesia (M. achatina, M. berdmorei, M. gadjahmadai, M. heymonsi, M. fissipes, M. palmipes, dan M. superciliaris),” dilansir dari laman LIPI.
Namun demikian, kondisi wilayah konservasi spesies “Microhyla” yang berlokasi di pulau Belitung sudah sangat memprihatinkan.
Baca Juga: Cara Daftar NIB Secara Online bagi Pelaku Usaha, Sering Jadi Syarat untuk Dapat Bantuan dari Pemerintah
Hal ini dikarenakan wilayah konservasi spesies “Microhyla” tersebut terancam oleh kegiatan antropogenik.
Perlu diketahui, Antropogenik merupakan salah satu pencemaran yang masuk kedalam air akibat aktivitas manusia pada kegiatan industri, urban, dan domestik.
Kegiatan Antropogenik yang berada di sekitar Pulau Belitung tersebut dapat menyebabkan perubahan suhu yang berakibat terjadinya gangguan reproduksi dari spesies “Microhyla”.