Perbedaan Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila, Simak Ulasan Berikut Ini

- 1 Oktober 2021, 06:55 WIB
Perbedaan Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila
Perbedaan Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila /Instagram/@cerita.pancasila

SEPUTARLAMPUNG.COM – Bangsa Indonesia wajib tahu dan paham apa yang membedakan dua peringatan terkait Pancasila, yaitu Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila. Apa perbedaan Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila? Simak ulasan di artikel ini.

Seperti diketahui, Indonesia memiliki dua peringatan mengenai Pancasila setiap tahunnya, yaitu pada 1 Juni yang diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila dan 1 Oktober yang diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Lantas, apa yang membedakan kedua peringatan tersebut?

Baca Juga: 25 Link Download Twibbon Peringati Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2021, Cocok untuk Status di Media Sosial

Tanggal Peringatan

Hari Lahir Pancasila diperingati setiap tahun pada 1 Juni. Hari ini menandakan awal mula terbentuknya Pancasila sebagai lambang negara Indonesia.

Sedangkan, Hari Kesaktian Pancasila sangat berkaitan erat dengan peristiwa kelam G30S PKI, yang terjadi pada 30 September 1965 silam.

Pada 30 September 1965, telah terjadi peristiwa pemberontakan, yang bertujuan untuk menggantikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dengan paham Komunis.

Namun, berkat perlawanan dan perjuangan yang gigih, serta adanya jiwa persatuan dan kesatuan yang sangat kuat, pemberontakan PKI tersebut berhasil dihentikan.

Para pejuang pembela tanah air Indonesia bersatu menjunjung nilai-nilai Pancasila. Mereka berusaha mempertahankan Pancasila, agar tetap menjadi ideologi yang menjadi panduan hidup bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan.

Perjuangan itu pun akhirnya berhasil, dan pada 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Baca Juga: Ucapan dan Puisi Peringati Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, Cocok Jadi Status WA, Facebook, dan Instagram

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila

Dikutip dari kemdikbud.go.id, pada 1 Oktober 1965 silam telah terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap enam jenderal senior dan satu perwira muda TNI Angkatan Darat.

Tak hanya itu, banyak rakyat yang tidak bersalah pun dibunuh dalam upaya PKI menguasai Indonesia dan mengganti ideologi Pancasila dengan paham Komunis.

Enam jenderal senior dan satu perwira yang menjadi korban adalah:

  1. Letjen TNI Ahmad Yani: Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi
  2. Mayjen TNI Raden Suprapto: Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi
  3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo: Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan
  4. Mayjen TNI Siswondo Parman: Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen
  5. Brigjen Donald Isaac Panjaitan: Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik
  6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo: Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat
  7. Jenderal TNI yang bernama Abdul Haris Nasution berhasil selamat dari pembunuhan. Namun, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam peristiwa pembunuhan tersebut.

Baca Juga: Chord dan Lirik Wake Me Up When September Ends oleh Green Day, Lagu Sedih tentang Kehilangan Seorang Ayah

Para korban pun dibuang ke sebuah sumur tua di daerah Pondok Gede, Jakarta, yang kini dikenal dengan nama lubang buaya.

Jenazah korban kebiadaban PKi itu baru ditemukan pada 3 Oktober 1965.

Selain ketujuh korban tersebut, beberapa orang lainnya juga menjadi korban, yaitu Bripka karel Satsuit Tubun, Kolonel Katamso Darmokusumo, dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto.

PKI pun dapat menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan kantor Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan. Mereka mengumumkan terbentuknya Dewan Revolusi yang saat itu diketuai oleh letkol Untung Sutopo.

Pada 6 Oktober, Presiden Soekarno mengimbau rakyat untuk menciptakan persatuan nasional.

Kemudian, Pada 16 Oktober 1965, Soekarno melantik Mayjen Soeharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di Istana Negara.

Baca Juga: Pencairan BPUM Rp1,2 Juta Telah Berakhir, Tenang Masih ada BLT PKL dan Warung, Disalurkan Tunai oleh TNI/Polri

Lalu pada 11 Maret 1966, Soekarno memberi Soeharto kekuasaan tak terbatas melalui surat perintah Sebelas Maret, untuk mengambil langkah-langkah mengembalikan ketenangan dan melindungi keamanan pribadi dan wibawanya.

Kekuatan ini pertama kali digunakan oleh Soeharto untuk melarang dan menghentikan PKI.

Sejak era Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September, sedangkan 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Pada masa pemerintahan Soeharto, setiap tahun pada 30 September, film G30S ditayangkan di seluruh stasiun televisi Indonesia.

Selain itu, dilakukan pula upacara bendera bertempat di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya. Kemudian seelahnya dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan revolusi di TMP Kalibata.

Itulah perbedaan antara Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila, yang harus kita tahu.***

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah