AS Ogah-ogahan Jual F-35 ke Indonesia, Pemerintah Bisa Balas Dendam dengan Kuasai Bahan Baku LTJ Pesawat

23 Oktober 2022, 18:00 WIB
F-35 produksinya bisa dimonopoli Indonesia. /defense.gov

SEPUTARLAMPUNG.COM - Pesawat tempur Su-35 dilarang dibeli oleh Indonesia oleh Amerika Serikat (AS).

Sejak adanya larangan pembelian tersebut, Indonesia berusaha untuk mendapatkan pesawat F-35.

Pesawat tempur ini diketahui merupakan buatan pabrik pesawat terbang Amerika Serikat Lockheed Martin.

F-35 istimewa karena bisa digunakan untuk perang di udara (air to air) sekaligus bisa digunakan untuk menyerang sasaran di daratan (air to ground).

Baca Juga: Jangan Bergantung pada Obat Sirop saat Anak Batuk dan Demam, Ini Penanganan Pertama Sesuai Saran Dokter

Indonesia pada awalnya sama sekali tak menaruh minat dengan F-35 sebelum Su-35 dilarang dibeli oleh Amerika Serikat alias AS.

Namun, sejak pembelian SU-35 dilarang, Indonesia jelas meminta penggantii jet tempur kelas wahid karena AS berani melarang pembelian Su-35.

Maka permintaan Indonesia akan F-35 harusnya segera dipenuhi AS.

Toh, F-35 digunakan untuk menangkal China yang selama ini ingin dijungkalkan oleh AS. Tapi AS tak mau menjual F-35 ke Indonesia.

Baca Juga: Info Resmi BMKG: Prediksi Akumulasi Curah Hujan 24 Jam di Indonesia Periode 24-25 Oktober 2022

AS menerapkan aturan jika Indonesia ingin F-35 maka harus membeli platform jet tempur 4.5 buatannya macam F-15 Eagle II, F-16 Viper atau F-18.

Sebetulnya jika Su-35 tak dilarang, Indonesia hendak membeli F-16 Viper.

Duet F-16 Viper dan Su-35 dianggap pas dioperasikan oleh Indonesia.

"Indonesia akhirnya setuju pada bulan Februari untuk membeli 36 Dassault Rafale buatan Prancis dan 36 pesawat tempur multirole Boeing F-15EX buatan AS, pada bulan-bulan sebelum kesepakatan ini, Indonesia juga menunjukkan minat untuk membeli Eurofighter dan F-16V serta F/A-18E AS. /Fs.

Tetap berkomitmen untuk rencana produksi bersama pesawat tempur KF-X Korea Selatan.

Jakarta bahkan berencana untuk membeli lebih banyak pesawat tempur Su-35 dari Rusia untuk menambah 16 pesawat Sukhoi lainnya yang beroperasi sampai Washington menggunakan Undang-Undang Countering America's Adversaries Through Sanctions untuk menekannya agar membatalkan kesepakatan," lapor aspistrategist.org.au pada 5 Agustus 2021.

Apalagi Indonesia sudah punya fasilitas eMLU F-16 di dalam negeri.

Baca Juga: Kunci Jawaban PAI dan Budi Pekerti Kelas 10 Halaman 55, 56, 57, 58 Pilihan Ganda dan Esai Kurikulum Merdeka

Dengan eMLU akan memudahkan Indonesia melakukan upgrade sekaligus perawatan pada armada F-16 miliknya.

"F-16 Block 72 menggabungkan kemajuan terbaru dalam teknologi dan kemampuan tempur banyak di antaranya dapat dianggap sebagai generasi kelima.

Berikut adalah tiga alasan mengapa F-16 Block 72 yang kuat dapat berfungsi sebagai jembatan antara armada F-16 Indonesia saat ini dan pesawat generasi kelima seperti F-35.

Banyak pengguna F-35 internasional juga mengoperasikan F-16 baik di masa lalu atau terus menerus saat ini.

Sebagian besar meningkatkan armada F-16 mereka yang ada ke konfigurasi terbaru sebagai jalur awal dalam transisi ke teknologi pesawat tempur generasi kelima.

Memilih pesawat baru selain F-16 untuk pesawat tempur masa depan, Angkatan Udara Indonesia harus banyak berinvestasi dalam infrastruktur baru, melatih pilot dan pengelola baru, mengintegrasikan peralatan pendukung darat baru, dan pengadaan satu set senjata yang terpisah dari yang ada saat ini inventaris yang digunakan untuk F-16," jelas lockheedmartin.com.

Namun AS malah membuyarkan semuanya.

Baca Juga: Resep Tumis Pepaya Muda yang Praktis Cocok Jadi Menu Sarapan yang Lezat, Dijamin Bikin Nagih

Su-35 dilarang dibeli oleh Indonesia.

Hal ini karena adanya ancaman sanksi CAATSA dimana semua alutsista buatan Rusia dan China dikenai sanksi.

Barang siapa membeli dari kedua negara tersebut maka akan dijatuhi sanksi CAATSA oleh AS.

Dan Indonesia tak mau hal ini terjadi padanya.

"Ekspor senjata Rusia juga menghadapi biaya yang signifikan karena pengenaan sanksi AS. Pada bulan Juni 2021, kepala FSMTC Dmitry Shugayev menyatakan bahwa Rusia'menghadapi tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menyaksikan bahwa mitranya (Indonesia) juga berada di bawah tekanan yang sangat serius.

Alih-alih menggunakan dolar, Rusia menyetujui sistem barter untuk kopi, kelapa sawit, dan komoditas lainnya sebagai imbalan bagi Su-35.

Indonesia meminta Pemerintahan Trump untuk mengesampingkan kemungkinan sanksi atas pesanan Su-35 (Indonesia).

Laporan media menyatakan Administrasi Trump menolak permintaan tersebut dan Indonesia memutuskan untuk tidak melanjutkan pembelian Su-35," lapor congress.gov.

Rusia sendiri menilai apa yang dilakukan AS merupakan tindakan tak sportif dalam bisnis senjata.

Memang dalam bisnis alutsista, tikung menikung ditambahi tindakan licik sah saja yang penting senjata laku dijual.

Penjualan alutsista negara barat kebanyakan dibumbui unsur kepentingan nasional negara produsen.

Baca Juga: Diperingati 23 Oktober, Simak Sejarah dan Tujuan Hari Macan Tutul Salju Internasional, Ini Fakta Menariknya

Jadi bukan cuma masalah kualitas saja namun lebih ke politis.

Dilansir dari zonajakarta.com, dalam artikel "Indonesia Bisa Balas Dendam Memonopoli Produksi F-35 Usai Su-35 Dilarang Dibeli", tapi Rusia memandangnya sebagai upaya AS agar F-35 laku keras di dunia.

Padahal menurutnya Su-35 tak kalah dari F-35.

"Faktanya adalah bahwa F-35 memiliki lebih banyak kekurangan.

Sudah 966! Ya, jumlah masalah besar dan kecil dari pesawat ini disebutkan dalam laporan resmi Kamar Akun AS (Kantor Akuntabilitas Pemerintah) dengan nomor GAO-18-321 (yaitu, bukan propaganda Rusia atau China, tetapi departemennya sendiri!).

China, Indonesia, Mesir, Malaysia, dan negara-negara lain berbondong-bondong mengantre untuknya.

Inilah yang membuat orang Amerika kesal.

Mereka dengan kurang ajar "memutar tangan" pembeli potensial Su-35 (Indonesia dll) dan mengancam mereka dengan sanksi.

Dan mereka tidak menghindari metode kompetisi yang dilarang," lapor media Rusia kp.ru pada 11 Maret 2022.

Akan tetapi kini AS kena karmanya karena melarang Indonesia membeli Su-35.

F-35 berhenti produksi.

Baca Juga: Ada Anak yang Diduga Terkena Gagal Ginjal Akut di Bandar Lampung, Wali Kota: Kami Tanggung Biayanya

AS menghentikan produksi F-35 lantaran dalam komponen pembuatan turbomachine alias motor starter Lightning II ada bahan baku Logam Tanah Jarang (LTJ) dari China.

Padahal F-35 akan digunakan AS melawan China.

China yang mengetahui ini langsung memblokir eksppr LTJ ke AS.

Dan AS kekurangan LTJ, selesai sudah produksi F-35, macet total!

"Pakar militer yang berbasis di China Wei Dongxu mengatakan Beijing perlu mencari cara untuk memperketat kontrol atas produk-produk tanah jarang yang strategis karena Amerika Serikat menggunakannya dalam sistem senjatanya seperti pesawat F-35 yang digunakan untuk mengancam China.

Baru-baru ini, Departemen Pertahanan Amerika Serikat menghentikan sementara pengiriman jet tempur F-35 setelah ditemukan komponen penting yang digunakan jet tempur generasi kelima tersebut dibuat dengan menggunakan bahan tanah jarang dari China.

Tanah jarang yang diidentifikasi berasal dari China digunakan untuk memproduksi magnet yang dipasang pada pesawat tempur canggih," lapor Defence Security Asia pada 10 Oktiber 2022.

Setidaknya untuk satu buah F-35 dibutuhkan 417 kilogram LTJ.

Tanpa LTJ, F-35 cuma jadi desain di layar komputer.

Nah, di sini Indonesia sebetulnya bisa menyuplai LTJ ke AS.

Mengutip Kementerian ESDM, Indonesia punya LTJ yang tersebar di berbagai wilayah.

Di Provinsi Sumatera terkandung 19.917 ton LTJ.

Kemudian di Provinsi Bangka Belitung sebanyak 186.663 ton.

Baca Juga: Login prakerja.go.id, Kartu Prakerja Gelombang 47 Resmi Dibuka! Pastikan Anda Bukan Termasuk 12 Kriteria Ini

Masih ada sekitar 7-8 lokasi lain yang mengandung LTJ dimana inipun baru eksplorasi awal.

LTJ dari Indonesia harus dijadikan alat penekan dan memonopoli produksi F-35 AS.

AS boleh mempunyai teknologi F-35 tapi dengan LTJ Indonesia menentukan berapa jumlah Lightning II yang akan dibuat.

Indonesia harus kejam soal ini, dengan suplai LTJ ke AS negeri ini meminta imbal balik berharga berupa F-35, teknologi jet tempur untuk KF-21 Boramae hingga bila perlu sistem pertahanan canggih lainnya.

Dan satu lagi yakni jaminan akan tak adanya embargo pertahanan seperti yang terjadi pada tahun 1995-2005.

Jika AS tak mau maka tos-tosan saja, Indonesia tak dapat F-35 namun AS juga tak bisa memproduksinya lagi, impas bukan?

Ingat, LTJ harus dijadikan alat penekan bukan komoditas agar suara Indonesia menginginkan F-35 sebagai pengganti Su-35 diprioritaskan AS dari negara sekutu lainnya termasuk Singapura serta Australia.***(Beryl Santoso/Zona Jakarta)

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Zona Jakarta

Tags

Terkini

Terpopuler