Skak Mat! Penyelenggara Pilpres AS Bungkam Tudingan Donald Trump Soal Kecurangan Suara

- 14 November 2020, 07:45 WIB
Donald Trump.
Donald Trump. /PIXABAY/geralt

SEPUTAR LAMPUNG - Satu per satu negara yang menahan diri untuk memberikan ucapan selamat kepada Joe Biden akhirnya mulai buka suara.

Salah satunya China. Secara resmi, Pemerintah China akhirnya mengucapkan selamat atas terpilihnya pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Kamala Harris dalam Pilpres Amerika Serikat (AS) 2020.

"China selalu mengikuti perkembangan domestik AS dan reaksi internasional terhadap Pemilihan Presiden AS," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin sebagaimana dikutip Seputar Lampung dari ANTARA, Sabtu 14 November 2020.

Sementara itu, Donald Trump sendiri dikabarkan belum bisa menerima kekalahaannya atas Joe Biden. Perolehan suara Biden hampir tidak mugkin untuk dikejar oleh Trump.

Baca Juga: Siap-siap Rogoh Kocek Lebih Dalam, Pemerintah Akan Stop Penjualan Premium Per 1 Januari 2021

Penolakan Trump untuk menerima kekalahan membuat proses transisi ke pemerintahan baru menjadi terhenti.

Hingga saat ini, Administrasi Layanan Umum, lembaga federal yang mengeluarkan dana untuk presiden terpilih, belum mengakui kemenangan Biden.

Alasan penolakan Trump terhadap kemenangan Joe Biden salah satunya dengan menuding adanya kecurangan dalam penghitungan suara dalam pemilu.

Terkait dengan hal ini, Pejabat pemilihan federal Amerika Serikat (AS) menolak klaim Presiden Donald Trump soal kecurangan dalam pemungutan suara.

Pejabat pemilihan federal telah men-skak mat Trump dengan menyebut Pilpres 2020 adalah yang “paling aman dalam sejarah Amerika”.

Baca Juga: Manchester United Ingin Cristiano Ronaldo Kembali, Resmi Ajukan Surat Penawaran ke Sang Agen

“Tidak ada bukti bahwa sistem pemungutan suara menghapus atau kehilangan suara, mengubah suara, atau dengan cara apa pun dikompromikan,” ungkap pernyataan komite pejabat pemilihan seperti dilansir BBC, pada Sabtu (14/11/2020).

Keterangan ini membantah tudingan Trump yang mengklaim tanpa bukti bahwa 2,7 juta suara untuknya telah “dihapus”. Ini merupakan bantahan langsung dari pejabat federal dan negara bagian atas klaim Trump tersebut.

Pernyataan bersama yang disampaikan pada Kamis (12/11/2020) dirilis oleh Dewan Koordinasi Pemerintah Infrastruktur Pemilu.

Dewan itu terdiri dari pejabat senior dari Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Komisi Bantuan Pemilu AS serta pejabat tingkat negara bagian yang mengawasi pemilihan dan perwakilan dari mesin pemungutan suara industri.

Baca Juga: Raup Hampir 1 Juta Dolar, 4 Bunga Asal Indonesia ini Terjual Ratusan Juta Tangkai Setiap Tahunnya

“Pemilu 3 November adalah yang paling aman dalam sejarah Amerika. Saat ini, di seluruh negeri, para pejabat pemilu meninjau dan memeriksa ulang seluruh proses pemilu sebelum menyelesaikan hasilnya,” jelas kelompok itu.

“Meskipun kami tahu ada banyak klaim dan peluang yang tidak berdasar atas informasi yang salah tentang proses pemilihan kami, kami dapat meyakinkan Anda bahwa kami memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap keamanan dan integritas pemilihan kami.”

“Jika Anda memiliki pertanyaan, gunakan pejabat pemilu sebagai suara tepercaya saat mereka menyelenggarakan pemilu,” imbuhnya.

Pernyataan tersebut diposting ke situs Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (Cisa), yang merupakan bagian dari Departemen Keamanan Dalam Negeri.

Publik Amerika dan dunia masih menunggu, bagaimana sikap Trump selanjutnya.***

Editor: Ririn Handayani

Sumber: BBC ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah