Dampak dari suhu panas pada tahun 2022 juga akan merusak produksi pangan karena gelombang panas dan kemarau panjang yang bisa terjadi.
Berdasarkan hasil analisis perserikatan bangsa-bangsa (PBB), akibat cuaca panas maka hasil panen global bisa turun sekitar 30 persen karena perubahan iklim.
Sedangkan dampaknya pada permintaan pangan, diperkirakan akan melonjak 50 persen dalam beberapa dekade mendatang.
Ancaman cuaca panas pada 2022 ini lantas menjadi catatan dunia terkait perlunya mengatasi perubahan iklim.
“Tercatat suhu rata-rata global diperkirakan sekitar 1,09 derajat celcius di atas tingkat pra-industri”, kata Kantor Met Inggris seperti dikutip Seputarlampung.com dari PR Depok pada artikel berjudul "2022 Diprediksi Jadi Tahun Terpanas, Ahli Khawatir Ancaman Ini Terjadi"
Sejak 2015, tercatat ada lokasi-lokasi di dunia saat ini juga sudah mulai mengalami kenaikan suhu secara signifikan.
"Beberapa lokasi seperti Arktik telah menghangat beberapa derajat sejak masa pra-industri," kata pakar prediksi iklim dari Kantor Meteorologi Doug Smith.
Sebagai informasi, pembicaraan iklim PBB baru-baru ini di Glasgow mencoba menjaga prospek tetap hidup untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat celcius di atas periode pra-industri.