SEPUTAR LAMPUNG - Aktris cantik Gal Gadot menuai kecaman dari aktivis kemanusiaan.
Hal itu karena perempuan berumur 36 tahun ini sering menyuarakan pembelaan untuk tanah kelahirannya, Israel.
Seperti diketahui, pemeran 'Wonder Woman' ini merupakan perempuan kelahiran Petah Tikva, Israel.
Baca Juga: Tak Puas Bombardir Palestina Selama Puluhan Tahun, Kini Israel 'Ancam' akan Serang Lebanon!
Peraih Miss Israel 2004 ini dituntut untuk hengkang dari posisinya sebagai pembawa acara program dokumenter yang diproduksi National Geographic berjudul 'Impact'.
Di antara mereka yang meminta Gal Gadot mundur adalah para aktivis Boycott, Divestment, and Sanctions (BDS).
Mereka menuntut Gal Gadot mundur karena program acara yang dibawakannya dinilai tak sesuai dengan nilai-nilai yang selama ini dipromosikan Gal Gadot terkait isu Palestina-Israel.
Gal Gadot selama ini dikenal vokal menyatakan keberpihakan dia terhadap Israel yang menjajah Palestina.
Hal itu dinilai bertentangan dengan acara 'Impact' yang dibawakannya, yang mana bercerita soal perjuangan 6 wanita pribumi yang diusir dari tempat tinggalnya.
Dikutip dari Middle East Monitor pada 27 Mei 2021, Gal Gadot diketahui pernah bertugas sebagai tentara Israel.
"Gal tidak seharusnya berbicara soal hak-hak pribumi ketika dia sendiri secara langsung berkontribusi terhadap pengusiran warga Palestina," sebut Ariel Gold, salah satu aktivis BDS.
Petisi tuntutan itu sudah ditandatangani oleh lebih dari 4.000 orang. "Katakan kepada National Geographic untuk berhenti mempekerjakan dia," sebut Ariel Gold.
Dilansir dari Pikiran Rakyat dalam artikel "Gal Gadot Ketahuan Pernah Jadi Tentara Israel, Dituntut Mundur Sebagai Pembawa Acara", Israel berupaya mengusir warga Palestina di Yerusalem Timur seiring klaim mereka bahwa seluruh Yerusalem adalah ibu kotanya.
Israel menggunakan cara-cara kekerasan dalam upaya pengusiran itu. Pada bulan Ramadhan 2021, Israel membubarkan paksa jemaah salat tarawih dengan tembakan peluru karet, gas air mata, dan granat kejut.
Hamas kemudian merespons dengan mengirim roket ke wilayah Israel, yang kemudian direspons Israel dengan serangan udara ke Gaza.
Serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 250 warga Palestina di Gaza.
Setelah 11 hari bertempur, gencatan senjata antara Israel dan Hamas akhirnya tercapai pada 21 Mei 2021.***(Rio Rizky Pangestu/Pikiran Rakyat)