Mengejutkan, Ternyata Ini Dia Dalang G30S PKI yang Sebenarnya Menurut Hasil Penelusuran CIA

23 September 2021, 12:30 WIB
Diorama G30SPKI /

SEPUTARLAMPUNG.COM - Gerakan 30 September atau lebih dikenal dengan sebutan G30S PKI memang menjadi salah satu sejarah terkelam bagi Bangsa Indonesia.

Kepergian 7 Perwira TNI AD yang tak gentar melawan kejamnya gerakan Partai Komunis ini masih meninggalkan luka yang mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia.

Peristiwa pembunuhan 7 Perwira kebanggaan bangsa ini terjadi dalam kurun waktu yang amat singkat. Hanya sehari, namun 7 nyawa tak berdosa dikorbankan demi kepentingan politik yang tak kenal welas asih.

Meski kisah tentang G30S PKI sudah sering diungkapkan oleh banyak pihak, dengan banyak versi, namun kisah asli di balik peristiwa paling berdarah sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia ini masih sering dinilai abu-abu karena masih banyak misteri yang tak terungkap.

Bahkan ada beberapa fakta mengejutkan dari peristiwa G30S PKI ini yang berhasil diungkap oleh Badan Intelejen Luar Negeri Amerika Serikat (CIA). 

Baca Juga: Di Mana Link Pendaftaran Prakerja Gelombang 22? Ikuti Skema Berikut Agar Lolos, Cukup Pakai NIK KTP dan HP

Berdasarkan laporan dari Badan Intelejen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan jika ada beberapa data rahasia dari peristiwa berdarah itu.

CIA memberanikan diri untuk membuka arsip memo singkat harian untuk presiden (PDB) periode 1961-1965, sebagaimana dikutip dari laman Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965-66.

Arsip-arsip tersebut diketahui berkaitan dengan upaya kudeta di Indonesia. Dari arsip tersebut memperlihatkan jika terdapat belasan ribu halaman memo harian CIA yang merujuk UU dengan status rahasia negaranya telah kedaluwarsa.

Salah satu fakta utama dari Gerakan 30 September di Jakarta itu diungkapkan seperti teori beberapa akademisi, salah satunya John Roosa.

Dalam memo-memo itu, intelijen AS melaporkan bahwa aktor utama konflik adalah faksi militer pimpinan Soeharto serta perwira yang loyal pada PKI. 

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Terbaru, 24 September 2021: Tema '3 Sifat Manusia Ini, Bawa Petaka dan Bencana, Apa Saja?'

Sementara merujuk dalam salah satu paragraf memo tentang Gestok 1965, CIA menyatakan bahwa saat itu Partai Komunis bersiap bentrok dengan tentara dalam beberapa hari mendatang. Sebaliknya, faksi di militer terus mencari celah melemahkan kekuatan PKI.

Dari sini , CIA berusaha untuk memberi rekomendasi Presiden Lyndon B. Johnson agar menunggu pemenang pertarungan politik yang nantinya melapangkan jalan bagi Orde Baru itu.

Situasi Indonesia kala itu masih sangat membingungkan. Tidak ada hasil yang pasti untuk perubahan politik. Belum ada jawaban tentang adakah peran Soekarno di dalamnya. Dua pihak yang bergerak sama-sama mengklaim setia kepada presiden.

Namun sayangnya, catatan dari memo tersebut sebagian tetap disensor dengan cara kalimat tertentu distabilo putih agar tidak terlalu mudah diakses publik.

Beberapa sejarawan meyakini peristiwa 30 September 1965 adalah manuver politik terkait perang dingin.

Teori keterlibatan Amerika Serikat itu setidaknya diulas oleh sejarawan Petrik Matanasi, penulis buku, ‘Tjakrabirawa’. Sasaran penculikan dalam peristiwa tersebut adalah Jenderal yang bertugas di Staf Umum Angkatan Darat (SUAD).

Dari sini , kelompok G30S meyakini Amerika sedang berusaha mengobok-obok Indonesia. Para Jenderal yang diculik sebagian besar adalah tokoh penting yang menentukan arah perkembangan Angkatan Darat.

Baca Juga: Kartu KIP Hilang? Jangan Panik, Siswa SD, SMP, SMA/SMK Lakukan 4 Hal Mudah Ini untuk Cairkan Dana PIP

Dilansir dari Kabar Lumajang dalam artikel "Inilah Fakta Peristiwa G30S PKI yang Berhasil Diungkap Oleh CIA", Kolonel Untung, aktor utama G30S, menganggap jenderal-jenderal seperti Ahmad Yani tidak loyal kepada Bung Karno dan dekat dengan Amerika Serikat.

Dalam penjelasan Petrik, sekitar pukul 02.00 dini hari pada 1 Oktober 1965, pasukan Pasopati dari Tjakrabirawa, Brigif I Jaya Sakti dan Batalyon 454/Diponegoro berkumpul di Lubang Buaya. Letnan Satu Dul Arief, memberikan arahan kepada anak buahnya.

Dul Arif juga sempat menjelaskan adanya skenario Dewan Jenderal yang didukung CIA, untuk melawan Soekarno.

Itulah kenapa jika para Jenderal itu perlu ditangkap demi bisa menyelamatkan Presiden Soekarno. Skenario ini ternyata dipahami oleh semua anggota pasukan.

Pasukan tersebut percaya dan tidak lama kemudian mereka malah diserang balik oleh komando militer di bawah pimpinan Soeharto, sebagai pemimpin Kostrad.

Hingga drama penculikan jenderal berakhir, Soeharto secara de facto menguasai pemerintahan.

Tragedi 1965 berakhir menyedihkan karena setidaknya satu juta warga sipil di berbagai provinsi yang dituding anggota atau bersimpati pada PKI, dianggap mendukung G30S dan dibantai dalam periode 18 bulan saja.

Baca Juga: 70 Link Twibbon Hari Tani Nasional, 24 September 2021, Ada Caption Ucapan Selamat, Cocok Pasang di WA, IG, FB

Kini, negera telah menjunjung tinggi HAM agar peristiwa berdarah seperti G30S PKI tidak terulang kembali.***(Joko Kurniawan/Kabar Lumajang)

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Kabar Lumajang

Tags

Terkini

Terpopuler