Konsumsi Rokok Masyarakat Menurun Selama Pandemi, Laba Gudang Garam 'Terbakar' 10,75 Persen

- 14 Oktober 2020, 19:50 WIB
Tan Siok Tjien
Tan Siok Tjien /Gudang Garam

SEPUTAR LAMPUNG - Pandemi Covid-19 membuat daya beli beli masyarakat menurun drastis. Khususnya kalangan masyarakat bawah.

Saat pendapatan terpangkas signifikan, beberapa bahkan kehilangan pekerjaan dan penghasilan, mau tidak mau perlu ada prioritas kebutuhan.

Salah satu yang harus dipangkas dengan berat hati adalah rokok. Meski untuk beberapa orang, rokok dianggap sebagai kebutuhan pokok, namun saat pekerjaan teramat sulit didapat dan urusan perut lebih tak bisa dikompromikan, kebutuhan yang satu ini terpaksa harus dinomorduakan.

Siapa sangka, tingkat daya beli masyarakat yang terus menurun ternyata memberi pengaruh luar biasa pada perusahaan besar sekelas Gudang Garam.

Baca Juga: Melesat Ke 7 Besar Bank Nasional, Bank Syariah Hasil Merger Diprediksi juga Masuk 10 Besar Global

Nama Gudang Garam sangat melekat dengan sosok Tan Siok Tjien. Wanita konglomerat ini menduduki peringkat ketiga sebagai orang terkaya di Indonesia.

Adapun peringkat pertama dan kedua orang terkaya di Indonesia berturut-turut diraih oleh Robert Budi Hartono dan Michael Hartono.

Tan Siok Tjien juga menjadi satu-satunya wanita Indonesia yang masuk dalam daftar 500 orang terkaya di dunia.

Tan Siok Tjien diketahui memiliki jumlah harta kekayaan mencapai USD6,34 miliar atau setara Rp93,51 triliun, terhitung sampai dengan Selasa, 13 Oktober 2020, demikian dilansir dari Bloomberg Billionaires Index

Dengan harta sebanyak itu, Tan Siok Tjien menempati posisi sebagai miliarder ke-353 di dunia.

Baca Juga: Tiga Bank Syariah Milik BUMN akan Merger, Bagaimana Nasib Nasabah dan Karyawan?

Siapa sangka, sosoknya yang kini dikenal sebagai perempuan tajir melintir ini ternyata mendapat kekayaannya dari mendiang sang suami, Tjoa Jien Hwie alias Surya Wonowidjojo.

Meski suaminya telah wafat pada 1985 silam, warisan yang diterima Tan Siok Tjien hingga kini terus beranak-pinak melalui perusahaan rokok yang didirikan Surya Wonowidjojo, yaitu PT Gudang Garam.

Sebagaimana diberitakan Warta Ekonomi dalam artikel "Perusahaan Milik Konglomerat Tan Siok Tjien Sang Miliarder ke-3 RI: Gudang Garam Gigit Jari", pandemi Covid-19 ternyata berimbas cukup signifikan pada performa Gudang Garam khususnya pada paruh pertama tahun 2020 ini.

Cikal bakal Gudang Garam dimulai saat Surya Wonowidjojo memulai kiprahnya sebagai pebisnis industri rokok di Indonesia pada tahun 1958 silam dengan mendirikan industri rumah tangga yang memproduksi rokok bermerek Ingwhie.

Baca Juga: Miliki Aset Terkecil, BRI Syariah Terpilih sebagai Bank Survivor dalam Merger Bank Syariah

Bisnisnya terus bertumbuh hingga pada 26 Juni 1958, Surya Wonowidjojo mengganti mendirikan perusahaan rokok dengan nama Tjap Gudang Garam.

Bahkan, saat ini Gudang Garam sudah memiliki kerajaan bisnis yang lebih besar dengan pendirian sejumlah anak perusahaan.

PT Surya Madistrindo adalah salah satu entitas anak Gudang Garam yang juga berperan penting dalam pendistribusian produk Gudang Garam.

Ibarat peribahasa mujur tak boleh diraih malang tak boleh ditolak, situasi penuh tantangan kala pandemi Covid-19 mau tak mau ikut menggerus performa keuangan Gudang Garam.

Sepanjang semester I 2020, Gudang Garam mengantongi laba bersih senilai Rp3,82 triliun. Capaian tersebut merosot 10,75 persen dari semester I 2019 lalu yang menembus Rp4,28 triliun.

Merujuk ke laporan keuangan perusahaan, penurunan laba bersih emiten rokok ini turun bersamaan dengan capaian laba kotor yang terpangkas 13 persen dari Rp10 triliun pada Juni 2019 menjadi hanya Rp8,7 triliun pada Juni 2020.

Baca Juga: Realme C17 Rilis Hari Ini! Andalkan Memori Besar Hingga 256 GB, Ini Bocoran Harga dan Spesifikasinya

Kendati begitu, Gudang Garam berhasil mengantongi penjualan lebih besar pada paruh pertama tahun ini, yaitu Rp53,7 triliun atau tumbuh 1,72 persen dari tahun lalu yang hanya Rp52,7 triliun.

Manajemen Gudang Garam menjelaskan, secara tahunan volume penjualan rokok mengalami penurunan sebesar 8,8 persen dari 46,6 miliar batang menjadi hanya 42,5 miliar batang pada Semester I 2020.

Penurunan paling dalam terjadi pada volume penjualan SKM LTN (sigaret kretek mesin rendah tar nikotin), yakni sebesar 45,6 persen menjadi 2,3 miliar batang.

Volume penjualan SKM FF (sigaret mesin full flavor) juga mengalami penurunan sebesar 6,6 persen menjadi 35,8 miliar batang.

Meski demikian, Gudang Garam mampu mendongkrak volume penjualan SKT (sigaret kretek tangan) sebesar 7,5 persen menjadi 4,5 miliar batang.

"Pertumbuhan pendapatan penjualan Gudang Garam sebesar 1,7 persen menjadi Rp53,7 triliun dicapai karena adanya kenaikan harga dan penurunan volume," tulis manajemen Gudang Garam dikutip pada Rabu, 13 Oktober 2020.

Baca Juga: Baru Rilis, Ini Spesifikasi dan Harga iPhone 12, iPhone 12 Mini, iPhone 12 Pro, iPhone 12 Pro Max

Pada saat yang bersamaan, Gudang Garam mampu menekan pos beban, seperti beban usaha yang turun 12,22 persen menjadi Rp3,56 trilun.

Namun, beban pokok penjualan justru membengkak dari Rp42,79 triliun pada Juni 2019 menjadi Rp44,99 triliun pada Juni 2020. Hal itulah yang kemudian 'membakar' capaian laba perusahaan pada paruh pertama tahun ini.

Berkenaan dengan situasi saat ini, manajemen Gudang Garam mengakui pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi bisnis perusahaan.

Diakuinya, daya beli masyarakat mengalami penurunan, terutama untuk masyarakat kalangan bawah.

"Gudang Garam terus bersiaga dan memantau perkembangan situasi ini dengan saksama. Fokus kami adalah memastikan kualitas dan ketersediaan produk di pasar tetap terjaga serta mempertahankan posisi keuangan yang konservatif dan sehat," pungkasnya lagi.*** (Lestari Ningsih/WE Online)

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah