SEPUTAR LAMPUNG - Jika Anda sudah memiliki jabatan tinggi di sebuah perusahaan pelat merah, apakah Anda rela untuk meninggalkan gaji dan insentif bulanan Anda?
Bagi sebagian orang, jika sudah nyaman bekerja di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mereka akan berpikir dua kali untuk keluar dari perusahaan tersebut.
Namun, bagi sebagian orang yang lain, keluar dari zona nyaman dan memulai usaha yang datangnya dari hati bisa menjadi sebuah pilihan mutlak.
Baca Juga: Link Streaming Tokyo Revengers Episode 5 Sub Indo Minggu 9 Mei 2021: Takemichi Bongkar Misi Barunya
Hal itu dialami oleh Didi, seorang peternak kambing perah asal Sleman, D.I Yogyakarta.
Dia rela meninggalkan zona nyamannya di sebuah BUMN saat dirinya sudah menjabat sebagai seorang Manajer.
Saat keluar dari jabatan sebelumnya, Didi diajak kakaknya untuk mendirikan peternakan kambing.
Baca Juga: Mudik Lokal di Wilayah Aglomerasi Juga Dilarang, Berikut Ini Pengecualiannya
Ketika Didi menjadi manajer termuda di sebuah BUMN, ia mengaku memiliki penghasilan cukup dan berfasilitas lebih dari cukup sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menjadi peternak kambing.
Saat memulai bisnis ternak kambing, Didi merasa bahagia dan bersyukur atas hidupnya.
Ia menyebut bahwa beternak itu membahagiakan dan mensejahterakan.
“Hal yang saya dapatkan ketika saya beternak adalah rasa bahagia, rasa syukur, rasa merdeka atas hidup kita, bahwa beternak itu membahagiakan, bahwa beternak itu mensejahterakan, bahwa beternak itu adalah sunatullah, seperti hanya profesi nabi-nabi kita,” kata Didi, dikutip dari kanal YouTube CapCapung, 3 Mei 2021.
Didi mengatakan bahwa mereka beternak tidak semata-mata untuk mencari kejayaan dan harta, melainkan mencari keberkahan.
“Kami beternak tidak semata untuk mencari kejayaan atau harta yang berlebih. Tapi, kami lebih pada mencari keberkahan. Keberkahan itu apa yang kita dapat memiliki manfaat untuk kita, untuk keluarga, untuk lingkungan, untuk temen-temen yang bekerja dengan kita,” ujanya.
Awal mula mencintai profesi sebagai peternak kambing adalah saat Didi mengalami pengalaman spiritual, yakni melihat kambingnya melahirkan.
“Ada rasa syukur yang luar biasa, ada rasa yang wow, ternyata sebegitu hebatnya Allah. Dari situ saya mulai mencintai, dan memutuskan menjadi peternak briding.”
Tahun 2012, Didi dan kakaknya memulai dengan 70 ekor kambing Jawa Randu, dan satu ekor pejantan sanen.
Hingga saat ini populasi kambingnya 732 ekor dengan 98 persen genetik sapera.
Memilih menjadi peternak kambing, Didi sempat mengalami masalah besar pada awalnya.
“Ada keterbatasan keilmuan, keterbatasan keterampilan, kami melakukan pembelajaran secara otodidak. Memang biaya pelatiannya dalam tanda kutip sangat mahal, karena kami harus kehilangan banyak ternak yang disebabkan ketidakngertian kami,” ujar Didi.
Baca Juga: Hati-hati ! Beredar Jubah Pastor Dijual Sebagai Baju Koko di Toko Online, Viral di Tiktok
Baca Juga: Pendaftaran CPNS dan PPPK Akan Dibuka 30 Mei 2021, Berikut Jadwal Seleksinya
Dilansir dari Ringtimes Banyuwangi dalam artikel "Pria Asal Sleman Tinggalkan Jabatan Manajer di BUMN Demi Ternak Kambing", dari 70 ekor dalam waktu satu bulan, ada 30 ekor kambing yang mati. Jika satu kambing 600, maka ia kehilangan aset hampir 18 juta.
Seiring berjalannya waktu, Didi mengatakan bahwa mereka sudah mempu meminimalkan kerugian-kerugiaan yang sebelumya terjadi.***(Lilia Sari/Ringtimes Banyuwangi)