SEPUTARLAMPUNG.COM – Lebaran Ketupat menjadi tradisi tahunan yang digelar oleh sebagian umat Islam di Indonesia usai Hari Raya Idul Fitri.
Perayaan Lebaran Ketupat umumnya dilaksanakan pada momen sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri atau bertepatan dengan hari ke-8 bulan Syawal.
Namun, bagaimanakah sejarah lahirnya tradisi Lebaran Ketupat di Indonesia? Simak informasi selengkapnya pada ulasan di bawah ini.
Umumnya, tradisi Lebaran Ketupat dilakukan oleh sebagian besar masyarakat muslim di Pulau Jawa yang turut menyebutnya sebagai ‘Bakda Kupat’, ‘Kenduri Ketupat’, hingga ‘Syawalan’.
Baca Juga: Erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara Sebabkan 828 Jiwa Mengungsi, Warga Diimbau Lakukan Hal Ini
Meski demikian, banyak masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia yang juga turut merayakan tradisi ini. Misalnya di Lombok, Manado, hingga Gorontalo.
Pada tradisi ini, masyarakat akan kembali membuat ketupat lengkap dengan sayur, sambal goreng, dan bubuk kedelai untuk kemudian ditata sedemikian rupa dan didoakan bersama-sama oleh warga.
Kemudian warga dapat saling bermaaf-maafan, kemudian menyedekahkan ketupat tersebut dengan harapan yang baik.
Sejarah Lebaran Ketupat
Melansir situs MIS Al Falah Kuncung, tradisi Lebaran Ketupat diperkirakan telah ada sejak lama dan bertepatan dengan proses masuknya agama Islam di Tanah Jawa.
Di mana, Hikayat Indraputra menyebutkan bahwa ketupat sendiri telah dikenal sebagai penganan rakyat sejak tahun 1700 Masehi.
Berdasarkan catatan sejarah, tradisi Lebaran Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga.
Pada masa itu, Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda yaitu bakda Lebaran (Idul Fitri) dan bakda kupat (Lebaran Ketupat).
Tradisi Lebaran Ketupat di era Wali Songo merupakan salah satu kegiatan pada momen Lebaran yang digambarkan sebagai simbol kebersamaan dengan memanfaatkan tradisi slametan yang berkembang di kalangan masyarakat.
Perayaan tradisi ini turut menjadi sarana mengenalkan ajaran Islam mengenai cara bersyukur kepada Tuhan, bersedekah, hingga bersilaturahmi di hari Lebaran.
Adapun pelaksanaannya bertepatan pada 8 Syawal, karena momen ini turut menjadi perayaan usai melaksanakan puasa sunah Syawal selama enam hari.
Filosofi Ketupat
Ketupat yang menjadi hidangan sekaligus ikon khas Lebaran Idul Fitri, memiliki makna filosofi yang berasal dari akronim ungkapan bahasa Jawa yaitu Kupat (Ngaku Lepat) yang berarti mengakui kesalahan.
Sehingga umat muslim diharapkan dapat mengakui kesalahan dan saling memaafkan di momen Lebaran sambil menikmati hidangan ketupat.
Selain itu, sebagian besar masyarakat turut memaknai bungkus ketupat yang berasal dari janur kuning yang dianyam dengan rumit.
Di antaranya yaitu janur kuning bagi orang Jawa melambangkan penolak bala, sementara segi empat mencerminkan prinsip ‘kiblat papat lima pancer’ yang berarti ke mana pun manusia menuju pasti selalu kembali ke Allah.
Demikian ulasan mengenai sejarah Lebaran Ketupat yang menjadi tradisi pada sepekan usai Lebaran Idul Fitri di Indonesia.***