Daryono berpendapat, kecemasan dan kepanikan publik yang muncul menyusul peredaran informasi mengenai potensi gempa megathrust kemungkinan terjadi karena adanya kesalahpahaman di kalangan masyarakat.
Informasi mengenai potensi gempa megathrust berdasarkan pemodelan yang dibuat para ahli sebenarnya ditujukan sebagai acuan mitigasi.
Baca Juga: 5 Obat Sakit Gigi Alami yang Mampu Hempaskan Nyeri, Bisa Anda Coba di Rumah
Akan tetapi, sebagian warga kurang tepat dalam memahami, menganggapnya sebagai potensi bencana yang akan terjadi dalam waktu dekat ini.
"Ini masalah sains komunikasi yang masih terus saja terjadi, karena hingga saat ini masih ada gap atau jurang pemisah antara kalangan para ahli dengan konsep ilmiahnya dan masyarakat yang memiliki latar belakang dan tingkat pengetahuan yang sangat beragam," ucap Daryono.
Jika informasi ini yang disalahpahamkan oleh warganet bahkan mayarakat luas, akan menimbulkan kekhawatiran yang semakin besar.
"Kasus semacam ini tampaknya masih akan terus berulang, dan pastinya harus diperbaiki dan akhiri," ujar Daryono.
Daryono memaparkan, kepanikan masyarakat akibat informasi mengenai potensi gempa megathrust sering berulang setelah bencana tsunami yang pernah melanda Aceh 2004 lalu.
Kegaduhan tersebut sering muncul setiap ada para ahli yang menyampaikan pandangan mengenai potensi gempa dan tsunami.
Baca Juga: Menakjubkan! Dokter Zaidul Akbar Ungkap Gerakan Sholat untuk Tangani Sesak Nafas Pasien Covid-19