Pada masa jayanya, Stasiun Balung mampu mengangkut dan mengantarkan ratusan ribu penumpang setiap tahunnya.
Stasiun Balung diresmikan pada 3 Mei 1913 dan menjadi penghubung antara Stasiun Rambipuji-Balung dan Puger-Ambulu.
Dalam catatan yang dibuat oleh Lekkerkerker pada 1938, awalnya jalur kereta api ke Stasiun Balung menggunakan lebar kereta api 600 mm.
Namun, volume angkutan semakin banyak akhirnya Perusahaan Kereta Api Negara saat itu memutuskan untuk mengubah jalur kereta api menjadi 1.067 mm pada 1 November 1929 dan lintas menuju Puger dicabut.
Sebagai stasiun yang sibuk, Stasiun Balung dilintasi trem penumpang hingga angkutan pasir dari Ambulu.
Jalur lintas ke Stasiun Balung sempat di tutup pada 1945, namun kembali dihidupkan dengan skema terbatas sampai jalur kereta api 600 mm di Indonesia berhenti beroperasi pada 1972.
Jalur kereta api dan Stasiun Balung kemudian di nonaktifkan total pada 1986.
Baca Juga: Pendaftaran SNBP Dibuka Mulai 14-28 Februari 2024, Intip Daya Tampung Setiap Prodi di UGM, Lengkap!
Alasannya adalah karena stasiun kereta api ini kalah bersaing dengan pengguna mobil pribadi dan angkutan umum.