Setiap individu hendaknya berusaha mendahulukan kemaslahatan umum dan kedamaian masyarakat sehingga tercipta keadilan dan kedamaian.
Semuanya tidak akan terwujud, kecuali apabila individu yang ada dalam masyarakat menghendaki kebaikan dan kebahagiaan kepada orang lain seperti ia menghendaki untuk dirinya sendiri.
Sebagaimana dikutip Seputarlampung.com dari laman Pesantren Lirboyo, berikut naskah khutbah Jumat tentang sejarah sebagai pembangkit jiwa untuk menempuh ridho Allah SWT.
Khutbah I
نَحْمَدُ اللهَ الرَّؤُوفَ الْمَنَّانَ, وَنُصَلِّي وَنُسَلِّمُ عَلَى أَفْضَلِ الإِنْسَانِ,
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الحِسَانِ, والَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ إِلَى آخِرِ الزَّمَانِ,
ابْتِغَاءً مِنَ اللهِ الفَضْلَ وَالرِّضْوَانَ.
أمَّا بَعد. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَموتُنَّ إَلَّا وَأنتُم مُسلِمُون.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas iman dan takwa kita, selagi kita diberi kesempatan hidup di dunia.
Dalam menjalani kehidupan, kita mendapat jatah menghuni dunia pada saat usianya sudah tua renta. Sebelum kita, telah banyak umat-umat yang menghuni dunia ini. Namun demikian, kita memperoleh anugerah yang sangat besar, menjadi sebaik-baik umat, menjadi umat Nabi terakhir.
Sebelum Nabi Muhammad SAW, telah banyak para utusan yang mendapat amanah membawa pesan suci dari Sang Khaliq. Dan seperti masa sekarang, di antara umat-umat terdahulu ada yang beriman, ada pula yang kafir. Ada yang patuh kepada perintah sang Rasul, ada pula yang membantah, bahkan memusuhi.