Di bawah komando Lettu. Dul Arief, gerakan ini mulai bergerak pada pukul 03.00 WIB. Mereka mulai mendatangi satu persatu rumah para Jenderal TNI yang jaraknya berdekatan.
Singkat cerita, pasukan tak kenal ampun ini berhasil menculik 6 enam Jenderal, yakni Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. Harjono, Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan dan Brigjen Sutoyo.
Tiga di antaranya yakni Ahmad Yani, Panjaitan, dan Harjono dibunuh di tempat. Sedangkan Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. S. Parman, dan Brigjen Sutoyo dibawa ke Lubang Buaya bersama dengan mayat ketiga Jenderal tersebut.
Di sisi lain, Panglima TNI A.H. Nasution yang sebenarnya menjadi target utama dari operasi ini berhasil meloloskan diri dengan melompat ke Kedutaan Besar Irak.
Namun, nahas, putrinya Ade Irma Nasution tewas tertembak dan ajudannya, Lettu Pierre Andreas Tendean diculik.
Di lubang buaya para Jenderal yang masih hidup bersama dengan Lettu Pierre Tendean dipaksa menandatangani dokumen 'Dewan Jenderal'.
Dokumen tipu muslihat buatan PKI itu merupakan 'alat' yang ingin dijadikan PKI untuk menguatkan isu bahwa Angkatan Darat ingin melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah.
Kegigihan ketiga Jenderal dan Lettu Pierre Tendean yang tidak menandatangani dokumen palsu tersebut membuat keempatnya disiksa habis-habisan.