Ini 3 Tokoh Hebat yang Berhasil Lumpuhkan Pasukan G30S PKI, Diperingati pada 30 September

- 28 September 2021, 14:45 WIB
Diorama G30S PKI di Museum Dharma Bakti, Markas Kostrad: AH Nasution, Soeharto, dan Sarwo Edhie Wibowo saat akan menumpas pasukan Gerakan 30 September.*
Diorama G30S PKI di Museum Dharma Bakti, Markas Kostrad: AH Nasution, Soeharto, dan Sarwo Edhie Wibowo saat akan menumpas pasukan Gerakan 30 September.* /Instagram.com/@dedesuryana777

SEPUTARLAMPUNG.COM - Peringatan tragedi nasional paling berdarah sepanjang sejarah Kemerdekaan Indonesia, Gerakan 30 September atau G30S PKI makin dekat.

Seperti diketahui, peristiwa paling berdarah yang terjadi pada 30 September 1965 hingga 1 Oktober 1965 ini telah menewaskan 7 perwira kebanggaan bangsa dengan cara yang sangat tidak manusiawi.

Ke-7 Perwira tersebut diculik, disiksa, dibunuh, ditembaki hingga akhirnya hayatnya. Tak hanya itu jenazah mereka dimasukkan ke dalam sumur tua yang sempit, kemudian ditutup dengan sampah karet, tanah, dan ditanami pohon pisang utuh di atasnya untuk menutupi jejak.

Mereka adalah Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. Harjono, Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo, dan Lettu CZI. Pierre Andries Tendean.

Baca Juga: Kisah Cinta Tragis Lettu Pierre Tendean dan Rukmini, 2 Bulan Lagi Menikah, Gagal Gara-gara G30S PKI

Peristiwa yang berlangsung pada 30 September - 1 Oktober 1965 ini sempat membuat Jakarta lumpuh, namun berkat kecepatan dan kecekatan 3 (tiga) tokoh ini, pasukan G30S PKI berhasil dikalahkan. Siapa sajakah mereka?

1. Jenderal Besar (Purn.) Soeharto

Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) mendapatkan laporan bahwa Menteri/Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Ahmad Yani menghilang dan tidak diketahui kabarnya. Tak hanya Ahmad Yani, beberapa Jenderal lainnya pun dikabarkan tidak diketahui keberadaannya.

Setelah mendapat laporan dan membuat perkiraan, Soeharto mengambil kesimpulan bahwa para perwira tinggi TNI yang tidak diketahui keberadaannya itu telah diculik dan kemungkinan besar dibunuh.

Berdasarkan kesimpulan tadi, Mayjen Soeharto langsung mengambil alih pimpinan Angkatan Darat guna menindak-lanjuti peristiwa yang terjadi pada 30 September tersebut.

Hal ini sebenarnya berdasarkan kebiasaan yang berlaku di Angkatan Darat bahwa bila Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir, maka Panglima Kostrad yang akan menjalankan tugasnya.

Soeharto menggunakan empat cara untuk melemahkan pasukan G30S PKI.

Baca Juga: Penyebab Terjadinya G30S PKI, Jumlah Korban, Hingga Kronologi Penumpasannya, Diperingati Tiap 30 September

Pertama, dia gerakkan pasukan untuk menetralisir pasukan-pasukan G30S PKI yang tengah menguasai Medan Merdeka dan Monumen Nasional (Monas).

Kedua, Soeharto memerintahkan Sarwo Edhie Wibowo, yang waktu menjabat sebagai Resimen Komando Pasukan Angkatan Darat (RKPAD), sekarang Komando Pasukan Khusus (Kopassus), untuk menduduki kembali gedung Pusat Telekomunikasi dan RRI.

Ketiga, usai RRI berhasil diduduki kembali oleh TNI, pada pukul 20.00 WIB 1 Oktober 1965, Soeharto menyampaikan di radio terkait apa yang telah terjadi dan menerangkan tindakan-tindakan apa telah diambil. Dia juga mengabarkan bahwa Soekarno dan AH Nasution dalam keadaan sehat serta selamat.

Keempat, pada 2 Oktober dini hari, Soeharto bersama dengan pasukan Sarwo Edhie dan
bantuan Yon 328 Para Kudjang/Siliwangi berhasil memukul mundur pasukan G30S PKI dari pangkalan udara Halim.

Baca Juga: Tak Pernah Terpublikasi, Bernasib Buntung: Ini Potret Akhir Hayat Letkol Untung, Komandan G30S PKI

2. Komandan RKPAD, Sarwo Edhie Wibowo

Letnan Jenderal (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo sedang apel pagi di Markas RKPAD di Cijantung, Jakarta Timur saat utusan Soeharto, Kolonel Herman Sarens Sudiro tiba.

Herman kemudian menyampaikan situasi Jakarta kepada Sarwo Edhie dan meminta sang Komandan untuk membantu menumpas pasukan G30S PKI.

Sarwo Edhie kemudian tiba di markas Kostrad pada pukul 11.00 WIB dan dia kemudian diperintahkan untuk merebut kembali gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi pada pukul pada pukul 18.00 WIB.

Tugas tersebut selesai dalam waktu singkat dan tanpa pertumpahan darah. Sarwo Edhie dan pasukannya berhasil menguasai gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi pada pukul 06.30 WIB.

Setelah itu, Sarwo Edhie dan pasukannya kembali memukul mundur pasukan G30S PKI bersama dengan Soeharto dengan merebut kembali Pangkalan Udara Halim pada 2 Oktober 1965 dini hari.

Setelah mendapat informasi dari Polisi Sukitman yang berhasil lolos dari penculikan pasukan G30S PKI, pada 4 Oktober 1965, pasukan Sarwo Edhie pun memimpin penggalian mayat para jenderal dari sumur Lubang Buaya.

Baca Juga: Rintihan Pilu Ade Irma Nasution pasca Ditembak Pasukan G30S PKI : Papa.. Ade Salah Apa, Kenapa Ade Ditembak?

3. Jenderal Besar (Purn.) AH Nasution

Menjadi satu-satunya Jenderal yang berhasil lolos dari incaran pasukan G30S PKI, Nasution kemudian mengirim pesan kepada Soeharto yang sedang berada di markas Kostrad, mengatakan kepadanya bahwa dia masih hidup dan aman.

Hal itu Nasution lakukan pasca mengetahui bahwa saat dirinya menjadi incaran peristiwa G30S PKI, Soeharto telah mengambil alih komando TNI AD.

Masih dalam keadaan kesakitan, Nasution memerintahkan Soeharto untuk mengambil langkah-langkah seperti mencari tahu keberadaan presiden, menghubungi panglima angkatan laut R.E. Martadinata, komandan korps marinir R. Hartono serta kepala kepolisian Soetjipto Joedodihardjo, dan mengamankan Jakarta dengan menutup semua jalan yang mengarah ke sana.

Saat itu, Nasution tidak meminta Soeharto untuk melibatkan Angkatan Udara, karena dia menilai bahwa Panglima Omar Dhani yang mengepalai TNI AU saat itu adalah simpatisan G30S PKI.

Soeharto segera mengintegrasikan perintah tersebut ke dalam rencananya untuk mengamankan kota. Singkat cerita, berkat arahan AH Nasution, Soeharto yang dibantu oleh pasukan Sarwo Edhie Wibowo, berhasil mengamankan Jakarta dengan cepat dari pasukan G30S PKI.

Usai mengamankan Jakarta, saat Soeharto ingin menyerang pangkalan udara Halim yang diyakini sebagai tempat penculikan Soekarno, Pak Nas, begitu Nasution dipanggil, memerintahkan para prajurit angkatan laut dan polisi untuk membantu Soeharto dalam menumpas tuntas G30S PKI.

Baca Juga: Bagaimana Nasib DN Aidit, Letkol Untung, dan Semua Dalang di Balik Tragedi Berdarah G30S PKI?

Kepada para prajurit Angkatan Udara, Nasution mengeluarkan perintah yang berisi bahwa mereka tidak akan dihukum atas pembangkangan jika mereka memilih untuk menolak perintah Panglima Omar Dhani.

Itulah tiga tokoh yang berhasil lumpuhkan para pasukan G30S PKI.***

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah