Jarang Diketahui, Ternyata Tak Ada Peringatan Hari Kartini di Masa Orde Baru, Begini Sejarahnya

- 21 April 2021, 10:10 WIB
Hari Kartini, 21 April 2021
Hari Kartini, 21 April 2021 /Pikiran Rakyat/Hening Prihatini

SEPUTAR LAMPUNG - Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April yang bertepatan dengan hari lahir Raden Adjeng Kartini pada 21 April 1979 di Rembang.

Hari Kartini merupakan sebuah peringatan kebangkitan atau emansipasi perempuan di Indonesia.

Kartini dikenal sebagai salah satu tokoh feminis dan nasionalis yang memperjuangkan hak-hak perempuan.

Ia juga merupakan salah satu penggagas gerakan feminis di Indonesia selain Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Martha Christina Tiahahu, dan Nyi Ageng Serang.

Baca Juga: Punya Jejak Digital Memalukan di Media Sosial? Ini 6 Cara Hapus Postingan Lama atau Alay di Facebook

Baca Juga: Contoh Kata Bijak Ucapan Selamat Hari Kartini Tahun 2021 untuk Gambar, Twibbon dan Video Animasi

Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno, Kartini diangkat sebagai pahlawan lewat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 pada tanggal Pada tanggal 2 Mei 1964.

Dalam buku Panggil Aku Kartini Saja (2003), Pramoedya Ananta Toer mengungkapkan bahwa Kartini merupakan intelektual yang akan membawa kaum pribumi ke masa depan cerah yang terang benderang.

"Dengan intelektualitas Eropa itulah, rimba-belantara yang gelap-gulita itu akan menjadi padang luas yang terang-benderang bagi setiap orang,” ungkapnya dikutip Seputar Lampung dari Mediajabodetabek.com pada artikel berjudul: Tak Ada Hari Kartini Ketika Era Orde Baru, Kok Bisa?.

Baca Juga: Pesona Pantai Mutiara Baru di Lampung Timur, Tempat Seru untuk 'Ngabuburit' Sembari Mencari Kerang Laut

Baca Juga: Pecinta Drakor Sudah Tahu Belum? 8 Selebritis Terkenal di Korea Selatan Ini Punya Akun YouTube Sendiri Lho!

Dari situ, Pram menilai bahwa “…di sanalah (Eropa) Kartini akan dapatkan segala alat yang diharapkannya dapat dikuasainya buat negeri dan rakyatnya kelak,” cetusnya.

Meski demikian, peringatan Hari Kartini selalu dipenuhi dengan acara-acara seremonial dan festival saja.

Hari Kartini dimeriahkan dengan anak-anak perempuan memakai kebaya, sedangkan anak laki-laki memakai beskap atau pakaian adat lainnya.

Lantas, mengapa Hari Kartini dirayakan lewat seremonial saja? Berikut sejarah peringatan Hari Kartini di masa orde baru.

Peringatan Hari Kartini di Masa Orde Baru

Presiden Soekarno memilih Kartini sebagai wujud perempuan pribumi progresif lewat gelar pahlawan yang dianugerahkan padanya.

Sejarawan Joost Cotè dalam Kartini: The Complete Writings, 1898–1904 (2014) menerangkan, Kartini merupakan salah satu tokoh perempuan penting dalam penumpasan kolonialisme Belanda di Indonesia.

Baca Juga: Kumpulan Ucapan Kata Spesial Selamat Hari Kartini Tahun 2021, Cocok Untuk Status Facebook, WA dan Instagram

Baca Juga: Kumpulan Kata-kata dan Quotes Hari Kartini Cocok Dijadikan Status WA dan Instagram

Baca Juga: Jadwal Acara NET TV Hari Ini Rabu, 21 April 2021: Shinbi’s House Season 2, Hafiz & Hafizah, dan Tonight Show

"Dalam konteks kolonial Jawa, visi Kartini tentang perempuan baru sebagai pendidik sosial, pengasuh generasi baru yang tercerahkan, tidak hanya meresmikan transformasi radikal, peran perempuan tradisional tetapi juga membangun nasionalis dan politik yang signifikan," tulisnya.

Namun, peringatan Hari Kartini dinilai mengalami pergeseran makna. Terutama saat Soeharto memimpin kudeta yang menggulingkan Presiden Soekarno lewat Gestok 1965.

Joost Cote menggambarkan, rezim Orde Baru coba mengubah identitas Kartini jauh dari kata emansipasi. Melainkan menjadi seorang putri yang keibuan.

Rezim Orde Baru juga dinilai membangun konstruksi sejarah atas identitas Kartini menjelang akhir hayatnya.

Seakan sang emansipatoris itu mengajak perempuan Indonesia menyerah pada kodrat, seperti menikah.

Hal tersebut juga ditegaskan oleh Chilla Bulbeck dalam Sex, love and feminism in the Asia Pacific: a cross-cultural study of young people's attitudes (2009).

Ia menjelaskan bahwa Kartini merupakan gambaran perempuan dalam sudut pandang feodal.

"Setelah tahun 1965, bagaimanapun, Orde Baru telah mengatur ulang citra Kartini dari yang pembebas, perempuan radikal untuk satu yang digambarkan sebagai seorang istri yang berbakti dan anak patuh, karena hanya seorang wanita mengenakan kebaya yang bisa memasak," terangnya.*** (Gilang Andaruseto Prabowo/Media Jabodetabek)

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Media Jabodetabek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah