Selain itu, Refly Harun merasa sedih karena prestasi yang diraih oleh sebuah ormas di tingkat Internasional pada umumnya kurang dihargai di Indonesia.
“Kadang-kadang kita punya achievement yang luar biasa tetapi dua hal sikap kita. Pertama, kita tidak tahu karena kita tidak mengerti perbandingannya dan baru mengerti setelah ada orang lain yang mengatakannya,” ujar Refly Harun sebagaimana dikutip dari kanal Youtube Refly Harun melalui Galamedia pada Senin, 19 April 2021.
“Yang kedua adalah terkadang di Indonesia kurang dihargai,” tambahnya.
Meskipun demikian, Refly Harun tetap merasa yakin jika pemerintah Indonesia tidak akan pernah mungkin menyepelekan perihal keberadaan 2 organisasi besar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Namun, Refly Harun menilai bahwa NU dan Muhammadiyah memiliki gerak langkah politik yang berbeda. Menurutnya, NU dikenal sebagai ormas yang dikenal dekat dengan pemerintah di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sementara itu, Muhammadiyah merupakan ormas yang cenderung tercecer dan terabaikan. Dari fenomena tersebut, Muhammadiyah terkesan bersuara nyaring dan keras terhadap rezim Jokowi.
“Tapi bagi saya pribadi, hal tersebut untuk memberikan perimbangan bahwa suara umat itu ada di pemerintahan yang diwakili NU dan di society yang diwakili Muhammadiyah,” ungkap Refly Harun.
“Jadi, setiap orang tidak ada yang bisa menyepelekan Muhammadiyah dan NU sebagai dua organisasi besar di tanah air meski berbeda orientasi politiknya,” pungkasnya.