Jangan Termakan Hoaks! Berikut Fakta-fakta Tentang Vaksin Covid-19 yang Musti Kamu Pahami

- 18 Januari 2021, 12:40 WIB
Ilustrasi Vaksinasi Covid-19.
Ilustrasi Vaksinasi Covid-19. /humas bandung

SEPUTAR LAMPUNG - Program vaksinasi Covid-19 saat ini sedang digalakkan di beberapa negara, termasuk di Indonesia.

Beberapa negara yang saat ini sudah melakukan vaksinasi adalah Amerika Serikat (AS), Inggris, Uni Emirat Arab (EUA), Israel, Arab Saudi, Kanada, dan sebagainya.

Indonesia sendiri mulai melakukan vaksinasi Covid-19 pada Rabu, 13 Januari 2021 dengan menyuntikkan vaksin CoroVac buatan Sinovac Biotech China kepada Presiden RI Joko Widodo atau akrab dipanggil Jokowi.

Baca Juga: Coba Introspeksi, Ini 9 Kebiasaan Penyebab Rezeki Mampet, Buruan Tinggalkan!

Setelah pelaksanaan vaksinasi perdana di Istana Merdeka, Jakarta Pusat tersebut, pada Kamis, 14 Januari 2021 vaksinasi Covid-19 secara serentak dilakukan di 34 Provinsi Indonesia.

Adapun, Pemerintah telah menyampaikan vaksinasi Corona tahap pertama diprioritaskan untuk tenaga kesehatan dan pekerja publik.

Namun, kendati penggunaan vaksin Covid-19 untuk kondisi darurat sudah disetujui, namun keraguan terhadap vaksin masih ada.

Hal ini karena berbagai mitos yang masih beredar di masyarakat mengenai vaksin Covid-19.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Tunjangan Baru Untuk PNS, Kabar Ibu Iriana, hingga 24 Korban Sriwijaya Air SJ 182

Berbagai mitos tersebut tentu akan mengganggu proses tercapainya vaksinasi yang menyeluruh untuk masyarakat.

Dilansir dari kabarlumajang.com dalam artikel 'Ini Dia Fakta dari Berbagai Mitos Mengenai Vaksin Covid-19 yang Perlu Diketahui' berikut ini, beragam mitos mengenai vaksin Covid-19 di berbagai negara, termasuk Indonesia;

1. Pengembangan vaksin Covid-19 yang terburu-buru membuatnya tak aman

Pengembangan vaksin Covid-19 yang tergolong cepat memang belum pernah terjadi sebelumnya, namun bukan berarti membuat vaksin tersebut tak aman.

Linda Yancey, Ahli Penyakit Menular di Memorial Hermann Health System di Texas mengatakan bahkan pengembangan vaksin yang cepat tersebut tidaklah terburu-buru.

Perusahaan farmasi dan Pemerintah melakukan beberapa penyesuaian dalam hal birokrasi sehingga prosesnya lebih efisien.

Terlebih lagi, perusahaan farmasi juga menghentikan segala kegiatan mereka dan memfokuskan para penelitinya untuk pengembangan vaksin ini sehingga pengembangannya pun bisa lebih cepat.

Baca Juga: Jadwal Acara TransTV dan Sinopsis Brick Mansions, Film Paul Walker Tentang Polisi yang Menyamar

Yancey menambahkan bahwa tak ada dalam tahap penciptaan vaksin yang bisa dilakukan dengan terburu-buru.

Seperti proses percobaan keamanan yang harus melalui proses percobaan fase 1 dan 2 sehingga hasilnya pun juga baru bisa dipublikasikan kala sudah pasti.

Demikian pula pada percobaan efikasi yang dilakukan melalui fase 3.

Selain itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Badan Pengawasan Obat dan Makanan juga terus mengawasi proses pengembangan vaksin karena itu merupakan standar yang harus dilakukan kala mengembangkan vaksin.

Baca Juga: Manchester City Menang Telak 4-0 Lawan Crystal Palace, Menyodok ke Peringkat Dua Klasemen

2. Vaksin digunakan untuk menyebarkan virus

Tak ada dari vaksin yang telah disetujui di Amerika Serikat mengandung virus yang masih hidup yang bisa menyebabkan Covid-19.

Sehingga kemungkinan untuk tertular Covid-19 dari vaksin adalah hal yang mustahil.

Miskonsepsi yang kerap muncul ini terjadi karena dalam beberapa vaksinasi seperti untuk vaksin flu, beberapa orang merasa sakit setelah melakukan vaksin dan percaya bahwa vaksin tersebut mengandung virus.

Baca Juga: Suka Makan Gorengan Saat Sarapan? Enak Sih, Tapi Waspada Potensi Bahaya Kesehatan Berikut Ini

Padahal, kandungan dalam vaksin adalah virus yang telah dilemahkan atau virus yang telah mati.

Merupakan hal yang wajar untuk merasa beberapa gejala seperti lengan terasa sakit, maupun demam atau merasa sakit di sekujur tubuh setelah melakukan vaksinasi.

Namun, terkadang hal ini membuat orang berpikir bahwa mereka tertular virus dari vaksin.

3. Vaksin dapat mengubah DNA

Beberapa vaksin yang telah disetujui dikembangkan menggunakan mRNA.

Teknologi ini bisa membuat sel di dalam tubuh untuk membentuk protein yang tak berbahaya yang biasa ditemukan dalam permukaan vitus SARS-CoV-2.

Sehingga hal tersebut akan menimbulkan sistem imun untuk membentuk antibodi yang dapat melindungi dari infeksi Covid-19.

Baca Juga: Update Harga EmasAntam di Pegadaian Awal Pekan, Senin 18 Januari 2021

Namun, mRNA yang digunakan dalam vaksin tak akan berinteraksi dengan DNA seseorang.

Selain itu, RNA juga takkan menempel dalam sel dalam waktu yang lama.

Kekhawatiran ini, menurut Nicole Iovine, Kepala Epidemiolog dari Rumah Sakit University of Florida Health Shands muncul karena DNA dilindungi oleh membran yang bisa mencegah benda asing masuk dengan mudah.

Namun ini takkan terjadi karena mRNA hanya akan masuk ke bagian luar dari sel yang dikenal dengan sitoplasma dan takkan masuk hingga ke nukleus.

Sehingga mRNA tak memiliki akses terhadap DNA.

Baca Juga: Aldebaran Ungkap Rahasia Besar yang Mengejutkan, Ini Reaksi Andin

4. Vaksin Covid-19 menyebabkan kemandulan

Kongres Ahli Obstetri dan Ginekolog Amerika menyarankan agar ibu hamil dan menyusui tetap mendapatkan vaksin kendati belum ada percobaan spesifik terhadap populasi tersebut.

Hal yang sama pun juga disarankan kepada perempuan yang tengah mempertimbangkan untuk hamil. Para ahli menekankan bahwa tak ada bukti yang mengatakan bahwa vaksinasi akan menyebabkan kemandulan.

Kebohongan ini disebarkan oleh para antivaks mengenai beragam vaksin.

Namun, kenyataannya vaksin merupakan hal yang penting bagi ibu dan bayinya.

Baca Juga: Jadwal Acara NET TV Senin 18 Januari 2021, Saksikan Hercai Episode Baru Malam Ini

5. Tak perlu divaksin bila pernah terinfeksi Covid-19

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyatakan bahwa orang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan tengah dalam proses penyembuhan harus tetap melakukan vaksinasi kendati kemungkinan terinfeksi kembali tak akan terjadi setidaknya selama 90 hari.

Sehingga terkadang orang yang telah terinfeksi Covid-19 disarankan untuk menunggu beberapa bulan sebelum melakukan vaksinasi.

Selain itu, masih dilakukan penelitian mengenai berapa lama imunitas akan berlangsung setelah dilakukan vaksinasi.

Ketika melakukan vaksinasi, respon imun akan berfokus untuk meningkatkan protein yang bisa mencegah terjadinya infeksi sehingga ini akan sangat menguntungkan kendati kepada orang yang telah terinfeksi Covid-19.

Baca Juga: Jadwal Acara NET TV Senin 18 Januari 2021, Saksikan Hercai Episode Baru Malam Ini

6. Setelah melakukan vaksinasi, takkan bisa melakukan virus

Vaksin Covid-19 membutuhkan waktu untuk bisa berfungsi dengan efektif.

Selain itu dibutuhkan dua dosis vaksin dengan rentang waktu 14-28 hari tiap vaksin tergantung dari merk vaksin yang diberikan.

Bahkan setelah pemberian vaksin dosis kedua, tak menjamin imunitas sepenuhnya.

Sehingga perlu tetap dilakukan kebiasaan untuk mencegah terjadinya penularan virus Covid-19 bahkan setelah dilakukan vaksinasi.

Vaksinasi dilakukan untuk mencegah gejala yang memburuk ketika seseorang terinfeksi virus Covid-19.

Baca Juga: Hits sebagai Mak Lampir dalam Sinetron Misteri Gunung Merapi, Farida Pasha Tutup Usia

7. Reaksi yang parah setelah melakukan vaksinasi adalah hal yang wajar

Mengalami beberapa reaksi ringan setelah melakukan vaksinasi memang hal yang biasa terjadi, namun reaksi yang parah perlu diperhatikan lebih lanjut.

Pada akhir Desember, CDC Amerika Serikat melaporkan 21 kasus anaphylaxis setelah 1,8 juta vaksin diberikan.

Reaksi imun yang berbahaya ini sangat jarang terjadi dan dibandingkan dengan terinfeksi virus yang dapat membahayakan nyawa, reaksi ringan dari vaksin lebih baik.

Reaksi ringan setelah dilakukan vaksinasi dimungkinkan terjadi empat jam setelah vaksinasi.

CDC menyarankan kepada seseorang yang memiliki respon alergi untuk membicarakan kepada dokter mengenai vaksinasi Covid-19.

Baca Juga: Daftar 24 Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang Sudah Teridentifikasi, Berikut Nama-namanya

8. Seseorang bisa menunggu vaksin yang tepat saat akan melakukan vaksinasi

Beberapa pertanyaan yang kerap dilontarkan adalah apakah dirinya akan memilih vaksin Moderna atau Pfizer atau vaksin merk lain.

Namun perbedaan yang signifikan antara vaksin satu dengan lainnya adalah salah satu mitos.

Seseorang tak seharusnya menunggu untuk mendapatkan vaksin tertentu yang dirasa sesuai karena semua vaksin bekerja dengan cara yang sama.***(Inka Amaliyah/Kabar Lumajang)

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Kabar Lumajang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah