Peran Sarwo Edhi Wibowo dalam Melumpuhkan dan Penumpasan Pasukan G30S PKI

20 September 2022, 19:45 WIB
Jenderal Purn. Sarwo Edhi Wibowo.* /Pikiran Rakyat/

SEPUTARLAMPUNG.COM - Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sarwo Edhie Wibowo, mertua dari Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono memiliki peran besar dalam melumpuhkan juga penumpasan Gerakan 30 September (G30S) PKI.

Tak hanya menumpas pasukan G30S PKI di Jakarta, ayah dari mendiang Kristiani Herrawati, istri SBY, tersebut juga melakukan penumpasan simpatisan PKI di berbagai daerah Indonesia.

Seperti diketahui, G30S PKI yang terjadi pada 30 September 1965 hingga 1 Oktober 1965 menewaskan 6 Jenderal dan 1 perwira TNI AD saat itu.

Mereka adalah Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. Harjono, Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo, dan Lettu CZI. Pierre Andries Tendean.

Baca Juga: Daftar Penerima KJP Plus Tahap 2 Diumumkan Tanggal Berapa? Ini Jadwal Resminya, Cek kjp.jakarta.go.id

Tak hanya menewaskan para perwira TNI AD, G30S PKI juga membuat pergerakan masyarakat di Jakarta lumpuh dan ketakutan.

Sarwo Edhi, begitu dia dipanggil, saat itu menjabat sebagai Panglima Resimen Komando Pasukan Angkatan Darat (RKAPD) atau sekarang disebut Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Dia sedang melakukan sedang apel pagi di Markas RKPAD Cijantung, Jakarta Timur bersama para prajurit Kopassus saat utusan Soeharto, Kolonel Herman Sarens Sudiro tiba.

Herman kemudian menyampaikan situasi Jakarta kepada Sarwo Edhie dan meminta sang Komandan untuk membantu menumpas pasukan G30S PKI.

Baca Juga: Profil Adam Levine yang Diduga Selingkuh dengan Seleb TikTok, Ini Sederet Lagu Hits-nya bersama Maroon 5

Setelah mendengarkan penuturan Sudiro, Sarwo Edhie mengatakan bahwa dia akan berpihak pada Soeharto dan membantunya untuk 'melumpuhkan' pasukan G30S PKI.

Sepulang Sudiro dari Markas RKPAD, Brigjen Sabur, Komandan Cakrabirawa, datang mengunjunginya.

Sabur yang saat itu merupakan simpatisan G30S PKI, meminta Panglima RKPAD ini untuk bergabung dengan Gerakan 30 September.

Tak tertarik, Sarwo Edhie yang sudah bertekad akan membantu Soeharto mengatakan kepada Sabur bahwa dia akan bergabung dengan pasukan Kostrad.

Sarwo Edhie kemudian tiba di markas Kostrad pada pukul 11.00 WIB dan dia kemudian diperintahkan oleh Soeharto untuk merebut kembali gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi pada pukul pada pukul 18.00 WIB.

Tugas tersebut selesai dalam waktu singkat dan tanpa pertumpahan darah. Sarwo Edhie dan pasukannya berhasil menguasai gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi pada pukul 06.30 WIB.

Setelah berhasil memukul mundur para prajurit Cakrabirawa dari Gedung RRI, Sarwo Edhie kemudian bergerak kembali untuk merebut Pangkalan Udara Halim yang saat itu menjadi markas para prajurit G30S PKI dan dicurigai sebagai tempat penculikan Presiden Soekarno.

Baca Juga: Simak Proses Penyaluran BSU Tahun 2022 Berikut Ini agar Tidak Salah, Segera Cek bsu.kemnaker.go.id

Singkat cerita, pasukan Sarwo Edhie dan pasukan Soeharto berhasil merebut Pangkalan Udara Halim dan memukul mundur para prajurit G30S PKI dari sana pada pukul 06.00 WIB.

Usai berhasil mengamankan Jakarta dan melumpuhkan para prajurit G30S PKI, Sarwo Edhie kemudian bersama-sama dengan Soeharto menghadap Presiden Soekarno.

Usai dari menghadap Soekarno, yang menurut catatan sejarah, keduanya dimarahi karena dianggap tidak mematuhi perintah sang Presiden, Sarwo Edhie dan Soeharto bergegas melacak jejak keberadaan para Jenderal.

Berdasarkan keterangan polisi Sukitman yang menjadi saksi kunci tempat penyekapan, penyiksaan, dan pembunuhan ke-7 perwira TNI pada 1 Oktober 2021, Sarwo Edhie pun kembali ditugaskan untuk memimpin penggalian jasad para Jenderal dari sumur Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Pasca pengangkatan Soeharto sebagai Panglima Angkatan Darat pada 16 Oktober 1965, Sarwo Edhie kembali ditugaskan untuk melenyapkan anggota PKI di Jawa Tengah, daerah simpatisan komunis terbesar di Indonesia.

Hal ini mengakibatkan terjadinya pembunuhan massal para anggota PKI dan Simpatisan Komunis pada Oktober-Desember 1965 di Jawa, Bali, dan beberapa bagian dari Sumatra.

Banyak spekulasi terkait data jumlah anggota PKI dan Simpatisan Komunis yang tewas pada pembantaian ini. Banyak yang memperkirakan ada sekitar 500.000 ribu hingga 1 juta jiwa.

Baca Juga: Ini 8 SMA Terbaik di Kota Jakarta Utara Versi LTMPT 2022 Terbaru, Lengkap dengan NPSN dan Alamat

Namun pada 1989 sebelumnya dia wafat, Sarwo Edhie mengaku kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bahwa ada sekitar 3 juta anggota dan simpatisan PKI yang tewas selama masa pemberantasan G30S PKI.

Sarwo Edhie sendiri meninggal pada usia 64 tahun pada 9 November 1989, 24 tahun usai dia berhasil memukul mundur para pasukan G30S PKI di Jakarta.

Kakek Agus Harimurti Yudhoyono ini kemudian dimakamkan di tempat pemakaman keluarganya, di Kampung Ngupasan, Kelurahan Pangenjurutengah, Purworejo, Jawa Tengah.***

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler