“Pada waktu tengah hari, jaringan sel saraf, jantung, peredaran darah, dan jaringan pernafasan bkerja untuk meningkatkan produksi hormone, yang memicu organ beraktifitas seperti hormon kortisol, yang puncak produksinya terjadi di pagi hari dan hormon lain yang mendorong produksi kortisol,” jelasnya.
“Semakin tinggi kortisol semakin tinggi kemungkinan tubuh beraktifitas. Pada malam hari berlangsung produksi hormon yang mendorong tubuh beristirahat dan menenangkan diri yaitu melatonin. Hormon ini mendorong tubuh memproduksi sel sel baru dan meningkatkan kekebalan tubuh, itulah sebabnya orang yang kurang tidurnya imunnya lemah,” sambung dr. Zaidul Akbar.
Para peneliti menemukan bahwa waktu-waktu shalat bersesuaian secara sempurna, dengan waktu aktifitas fisiologis tubuh manusia, hingga seakan akan waktu shalat menjadi pemandu yang menentukan aktifitas tubuh.
“Produksi hormon kortisol mencapai puncaknya pada waktu terbit matahari dan bertahan hingga dhuha . Setelah dhuha, kortisol mulai berkurang hingga waktu zuhur, di zuhur menjelang ashar, kortisol mengalami peningkatan kembali dan seterusnya, hingga kembali menurun seiring dengan terbenamnya matahari hingga titik rendahnya di pertengahan malam,” kata di. Zaidul Akbar di akhir penjelasannya.***