Dari puasa kita bisa ambil itu. Puasa kita bukan hanya sekedar menahan lapar dari mulai terbit fajar subuh sampai terbenam matahari, tetapi menahan dusta. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan yang mengkonsekuensikan kepada kedustaan, maka Allah tidak memerlukan dia berpuasa meninggalkan makan minumnya/puasanya tidak bermanfaat/puasanya hanya mendapatkan lapar dan haus.” (HR. Imam Bukhari)
2. Ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Hikmah yang kedua dari Ramadhan yang penuh dengan berkah, puasa mengajarkan kita salah satu cara beribadah adalah beribadah yang ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mari perhatikan hadits riwayat Bukhari berikut, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى
“Setiap amalan anak Adam (shalat, baca Qur’an, sedekah, haji, umrah, bakti orang tua) pahalanya diketahui, yaitu 1 amal kebaikan dilipatkan menjadi 10 sehingga mendapatkan 10 hasanah, kemudian dilipatkan lagi menjadi 700. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Kecuali puasa, puasa itu milikKu, dan Aku yang akan mengganjarnya.'” (HR. Bukhari)