Sama saja bagi mereka. Motivasi mereka adalah bagaimana bisa memenuhi perut, syahwat, dan segala yang menjadi hasrat dalam kehidupan dunia yang fana ini.
Bagi mereka tidak ada harganya bulan Ramadhan dan bulan selain Ramadhan.
Untuk mereka setiap hari dan setiap bulan adalah kerugian. Padahal mereka tahu tentang keutamaan bulan ini, namun mereka pura-pura buta.
Hati mereka tak mau merenungkannya. Mereka membuat tuli pendengaran mereka sendiri. Oleh karena itu, di akhirat orang-orang seperti ini menyesal.
Sebagaimana ucapan mereka yang Allah kabarkan di dalam Al Quran,
وَقَالُوا۟ لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِىٓ أَصْحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ
“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. [Quran Al-Mulk: 10].
Maksudnya mereka tidak mendengar dengan pendengaran yang menerima dan memahami dengan akal yang lurus.
Padahal mereka punya pendengaran dan berakal. Namun keduanya tidak mereka manfaatkan. Sehingga keberadaan dua indera ini sama seperti ketidak-adaannya.