Namun ketika ibadah ghairu mahdhoh tersebut kita bersamakan dengan niat kesalehan, maka akan menjadi mazra’ah al-akhirah. Alhasil, dunia menjadi penting ketika kita dapat mendefinisi, menjadikan status bahwa hidup ini adalah mazra’ah al–akhirah. Sehingga kita mampu untuk menyukuri kehidupan ini. Tapi sebaliknya kehidupan ini akan menjadi sangat mencelakakan dan penderitaan, bilamana kita tak mampu mengisi kehidupan ini dengan kebaikan-kebaikan sebagai manusia.
Oleh karena itu, Imam Ghazali memberikan resep sederhana agar kita terus bisa menyukuri dunia. Datanglah anda ke tempat orang-orang dimakamkan. Lihatlah bahwa mereka semua yang mati itu sungguh ingin kembali ke dunia guna memperbaiki kehidupan yang pernah dia lalui.
Artinya kita yang masih diberi kehidupan masih punya kesempatan menyukuri kehidupan dengan menambah kebaikan, karena tentu mereka yang telah berpulang itu tidak bisa menambah amalnya.
Sejalan dengan doanya orang-orang saleh وَاجْعَلْ لِيْ حَياة زِ
Andaikan Allah mengakhiri kehidupan ini, dengan konsekuensi kembalinya kita kehadirat-Nya. Maka wafatnya kita adalah رَاحَةً مِنْ كُلِّشَرِّ
Jamaah Jumat rahimakumullah
Berbicara soal ibadah, ada hal yang disebut dengan amal jariyah. Jariyah merupakan investasi jangka panjang bagi pengamalnya. Pahalanya terus mengalir meskipun pengamalnya sudah tiada.
Jika melihat hal tersebut, maka jangan merasa cukup atas ibadah-ibadah yang hanya dinikmati oleh diri sendiri. Tapi usahakan melakukan ibadah-ibadah yang mampu menunjukkan sebuah kepedulian, kesejahteraan masyarakat. Misalnya, mengajarkan ilmu yang kita miliki.
Kemudian mendidik anak-anak dan murid kita juga merupakan amal jariyah. Karena salehnya anak serta murid kita, akan menjadikannya sebagai orang yang selalu mendoakan orang tuanya dan gurunya.