Lihatlah Qarun. Ia memiliki harta yang sangat banyak. Namun itu sama sekali tidak menunjukkan Allah ridha pada dirinya. Malah Allah membenamkannya ke bumi. Allah Ta’ala berfirman,
﴿ فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. [Quran Al-Fajr: 15-16].
Ibadallah,
Kesalahan lainnya adalah seseorang mencintai popularitas. Senang kalau apa yang ia katakan dan lakukan dilihat oleh orang lain. Senang mencari ridha manusia.
Lebih bahaya dari itu, seseorang berusaha mencari ridha manusia dan tidak peduli kalau Allah menjadi murka pada-Nya.
Ia bermudah-mudah memaklumi orang lain dalam kesesatan dan kefasikan yang mereka perbuat. Bahkan ia melakukan yang haram karena takut pada manusia.
Dia duduk di majelis-majelis kemungkaran dengan sama sekali tidak ada perasaan marah. Tidak menasehati kerabat dan teman yang melakukannya.
Atau melakukan yang haram karena takut kalau tidak ikut dikomentari dengan komentar yang buruk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dalam lafadz Ibnu Hibban disebutkan,