Allah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَنْ يَّنَا لَ اللّٰهَ لُحُـوْمُهَا وَلَا دِمَآ ؤُهَا وَلٰـكِنْ يَّنَا لُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ
“Tidak akan sampai kepada Allah, darah maupun daging-daging sembelihan yang kamu sembelih, tidak akan sampai kepada Allah karena Allah tidak butuh makanan, tidak butuh pemberian dari manusia, tapi yang akan sampai kepada Allah adalah ketakwaan dari hatimu.” (QS. Al-Hajj: 37)
Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita berqurban bukan untuk menghabiskan harta kita, dengan menyembelih sembelihan kemudian dibagi-bagikan kepada orang miskin, termasuk kita makan untuk diri kita sendiri.
Tapi makna berqurban adalah mengorbankan apa yang paling berharga menurut kita dari urusan dunia dalam rangka mendahulukan kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Makna berqurban adalah berjuang menundukkan hawa nafsu di jalan Allah untuk membuktikan keikhlasan kita, kesungguhan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Adapun orang-orang yang takut dengan kebesaran Allah dan menundukkan hawa nafsunya dari memperturutkan keinginannya, maka sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan surga sebagai tempat kembalinya.” (QS. An-Nazi’at: 40-41)
Demikian penjelasan Buya Yahya tentang ibadah kurban dan sedekah beserta makna di balik penyembelihan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha.***