Contoh Teks Khutbah Jumat Hari Ini, 3 Juni 2022, Tema: Meraih Kebahagian Dunia Akhirat

- 3 Juni 2022, 07:36 WIB
Ilustrasi foto Khutbah Jumat.
Ilustrasi foto Khutbah Jumat. /Pixabay/hisalman

Oleh karenanya apabila terjadi kecacatan pada akhlak akan menjadikan pemahaman tentang ke-Esaan Allah bisa terganggu, bisa eror, dan bisa tidak murni. Dan apabila terkondisi yang demikian, maka ujung-ujungnya usaha meraih kebahagiaan negeri akhirat bakal tidak tercapai bahkan sebaliknya manusia akan memetik ulahnya itu dalam kesengsaraan yang panjang yang tiada taranya.

Sebagai gambaran yang simple tentang ke-eroran akhlak dalam masalah akidah, misal: Memohon keselamatan dengan memberi sesaji/sesembahan kepada yang dianggap sebagai “penunggu/baureksa” perempatan/pertigaan jalan, jembatan, bumi, gunung, laut serta sesaji kepada macam-macam benda/makhluk; keris, patung, pepohonan, juga binatang. Serta mengkeramatkan kuburan seseorang yang dianggap shalih dsb.

Perbuatan semacam ini apabila dilakukan oleh seorang Muslim, secara sadar atau tidak sadar ia telah mencampur-baurkan antara pemahaman yang hak dan yang batil. Yang berarti telah terjadi kekacauan pada akhlak. Ia sudah terperangkap kepada perbuatan syirik, yaitu menyembah kepada selain Allah SWT.

Baca Juga: Top 5 SMP Terbaik di Kota Bekasi Jawa Barat Berdasarkan Nilai Rerata UN, Simak Info Lengkapnya Berikut

Sebagai seorang Muslim seharusnya benar-benar menyadari bahwa memuja-muja atau menyembah selain kepada Allah SwT adalah syirik. Dan dosa syirik tidak bakal diampuni oleh Allah SwT, sebagaimana difirmankan-Nya;

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya…………..,…” (Q.s. An-Nisa’ [4]: 48)

Sebuah pertanyaan mungkin muncul; Mengapa sampai kini ada diantara seseorang Muslim yang masih saja mencampur-adukkan antara pemahaman yang hak/benar dan yang batil dalam masalah akidah ini? Jawabannya, karena dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SwT ia lakukan tidak sepenuh hati atau dengan kata lain masih setengah-setengah (meski mereka tidak mengakui sikap yang dilakukannya itu). Jadi unsur keragu-raguan masih berkecamuk dalam hati dan benaknya. Dalam kaitan ini Allah SwT telah memperingatkannya, sebagaimana firman-Nya;

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak penuh keyakinan); maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (kembali melakukan kekufuran/kemusyrikan). Rugilah ia di dunia dan di akhirat…..,”. (Q.s. Al-Haj [22]: 11).

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ العَظِيْمِ وَ نَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنّيْ وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

Halaman:

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Suara Muhammadiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah