Berbicara tentang musibah sebagian orang beranggapan ketika tertimpa suatu musibah, itu artinya ia sedang dimurkai oleh Allah. Padahal Allah bermaksud agar kita mendekatkan diri kepadanya.
Dengan cara beristigfar, beribadah, dan mengakui kebesaran-Nya. Sebagaimana dalam Al Quran dalam Surat Al-Baqarah 155;
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَیۡءࣲ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصࣲ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَالِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَاتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِینَ
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
Ayat ini adalah pemberitahuan Allah kepada orang-orang beriman bahwa Dia akan menguji mereka dengan perkara-perkara nyata agar menjadi sabar.
Oleh karena itu kita harus percaya bahwa apa yang dituliskan pasti terjadi. Dan apa yang tidak ditentukan maka tidak akan terjadi.
Dalam suatu riwayat dikatakan,
مَا يَزَالُ البَلاَءُ بِالمُؤْمِنِ وَالمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
Seorang mukmin dan mukminah akan terus ditimpa musibah pada dirinya, anaknya, dan hartanya sampai ia bertemu Allah dalam keadaan hampa dosa.