Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Metode pertama ini mengisyaratkan kepada kita akan pentingnya kualitas diri. Kualitas diri akan mencerminkan kualitas keluarga, kemudian kualitas masyarakat, lalu kualitas negara dan bangsa hingga kualitas umat Islam di seluruh penjuru dunia. Orang mukmin yang benar-benar dikatakan mukmin sejati yaitu mereka yang memiliki kualitas ibadah secara khusyu’ baik shalatnya, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya. Ketika kualitas ibadah yang khusyu’ tersebut dimiliki oleh seorang mukmin (merasuk hingga hati nurani, akal pikiran, setiap detak jantung dan aliran darah membentuk pribadi sempurna jasmani dan ruhani), barulah ia memiliki dampak sosial yang berkualitas pula.
Jama’ah Shalat Jum’at yang Berbahagia
Kebersahajaan (kekhusyu’an) orang beriman adalah ketika mendekat kepada Allah Subhānahū wa Ta’ālā dalam perspektif ibadah seperti shalat, zakat, dan lain sebagainya tetapi juga dalam menjaga hubungan baiknya kepada sesam manusia, seperti mengurangi perbuatan dan perkataan yang tiada bermanfaat, menjaga kesucian diri, dan mampu menjalankan manaha yang diberikan kepadanya.
Ini merupakan bentuk kebersahajaan (kekhusyu’an) seorang hamba saat berusaha untuk mentransformasikan semangat (etos) ibadah shalat, puasa, zakat, haji , dan sebagainya ke dalam tindakan-tindakan yang berhubungan langsung dengan manusia.
Terutama era industrialisasi dan disrupsi sekarang ini menjadi tantangan tersendiri bagi seseorang yang berusaha mengejawantahkan spirit ibadah shalat dan yang lainnnya kepada tindakan atau perbuatan mulia dengan manusia yang lain.
Zaman di mana mayoritas manusia lebih sibuk dengan dirinya sendiri, eksistensi sosial atas nama kebanggaan diri, dunia hedonisme yang semakin merajalela, materi kehartabendaan sebagai tujuan utama, dan masih banyak lagi, justru dalam keadaan seperti ini Islam mengajarkan kesantunan, keadaban, dan kepedulian terhadap sesama demi kebahagiaan hidup umat manusia. Orang-orang yang masih konsisten dalam menegakkan spirit keagamaan merupakan pengendali arus utama saat semuanya mulai menjauh dari hidayah Tuhan. Inilah orang yang bersahaja di tengah arus disruptif dan industrialistis suatu zaman yang serba maju namun kering dalam sisi keruhanian.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kemudian metode kedua yaitu didasarkan pada sabda Rasulullah Muhammad Ṣallāallāhu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana berikut ini: