Materi Khutbah Jumat 14 Januari 2022 Ringkas, Baru dan Singkat, Tema: Cara Terhindar dari Perilaku Kufur

- 14 Januari 2022, 07:20 WIB
Ilustrasi Khutbah Jumat
Ilustrasi Khutbah Jumat //Pixabay/Makalu

Menurut penelitian terdapat tiga faktor pemicu atau penyebab seseorang melakukan bunuh diri. Ketiga faktor tersebut adalah: kekurangan ekonomi, penyakit menahun (kronis) dan harga-diri atau rasa-malu. Tiga pemicu itu bisa mengantarkan seseorang menuju bunuh diri jika dia merasakan hidupnya sudah buntu, capek, dan tanpa ada titik-terang. Namun pasti hal itu hanya sebatas perasaan pada si pelaku.

Biasanya perasaan dan pilihan begitu itu menimpa pada jenis orang yang introvert, perasa, kurang dipedulikan orang lain, tidak dihormati lingkungannya, serta hanya dibiarkan saja. Oleh karena itu untuk mengatasi agar tidak terjerumus ke berputus asa perlu adanya dukungan dan perhatian dari keluarga, dan bisa melihat-merasakan adanya teman yang sependeritaan, ataupun adanya tempat untuk mencurahkan isi hatinya sehingga tidak menjadikannya gelap mata.

Baca Juga: TEKS Khutbah Jumat, 14 Januari 2022, dengan Tema: Keistimewaan dan Balasan untuk Orang Bertakwa

Penegasan Allah mengenai larangan putus asa tertuang pada Qs Yusuf [12]: 87:

Dan janganlah berputus-asa dari rahmat Allah, sebab sesungguhnya tidak akan berputus-asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kufur.

Berputus-asa tergotongkan perilaku kufur? Inilah penggolongan resmi dari Allah yang pasti benar, tegas dan perlu kita cermati. Barangsiapa berputus asa niscaya tergolongkan kaum kufur. Kufur di sini berarti mengingkari nikmat yang telah diterima dan juga kufur dari ke-Mahakuasaan Allah SwT, bahkan kemudian kufur dari keyakinan akan adanya Allah SwT. Bukankah hanya yang kufur saja yang berani berputus-asa? Berani melanggar ketentuan-Nya? Sebab jika ada keyakinan meskipun tipis pasti tidak akan berani berputus-asa. Begitulah larangan langsung dari Allah SwT kepada kita hamba-Nya.

Jamaah rahimakumullah,

Sikap berputus-asa ini dari tinjauan ilmu psikologi selalu berkecenderungan negatif, bahkan merusak-destruktif. Seseorang yang berputus-asa berarti telah menutup diri secara kejiwaan dari proses hidup yang selalu bergerak, berkembang.

Seseorang yang berputus-asa adalah yang jiwanya mati atau mematikan diri sendiri. Sebagai akibatnya adalah ketiadamaknaan hidup baginya sehingga mudah saja untuk merusak jiwanya, hidupnya, bahkan tidak sedikit yang juga berusaha merusak hidup dan jiwa orang lain di lingkungannya. Dia merasakan dirinya telah rusak kemudian mengajak orang-orang lain agar juga rusak. Inilah logika psikologis seorang teroris yang berawal dari sikap putus-asa.

Guna meniadakan sikap berputus-asa, mari kita berikhtiar untuk selalu memiliki sikap mental positif (SMP) terhadap apapun yang menghadang. Berdoa sehabis shalat sesungguhnya juga dimaksudkan untuk hal ini. Dengan membaca subhanallah ‘Maha Suci Allah’ berarti meniadakan pandangan negatif dan salah sangka kepada Allah.

Dengan membaca alhamdulillah ‘segala puji bagi Allah’ berarti menanam prasangka baik dan sikap positif. Lantas dengan allahu akbar ‘Allah Maha Besar’ berarti menegaskan diri bahwa selain Allah SwT itu kecil serta bertekad menjalani hidup dengan keyakinan bersama Allah tersebut. Lengkaplah sudah unsur mental positif kita dengan ketiga doa tersebut yang kita lantunkan sepenuh jiwa dan berulang 33 kali sehingga terinternalisasikan dalam jiwa kita.

Halaman:

Editor: Desy Listhiana Anggraini

Sumber: Suara Muhammadiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah