Materi Khutbah Idul Adha 2021 Singkat, Tema 'Sejarah, Hukum, Hikmah Berqurban di 1442 H', Lengkap dan Terbaru

- 2 Juli 2021, 17:00 WIB
Ilustrasi Khutbah Idul Adha.
Ilustrasi Khutbah Idul Adha. /Pixabay.com/apassingstranger

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ دَمٍ , وَإِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي قَرْنِهِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا , وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ فِي الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

(Sunan Tirmidzi 1493; Sunan Kubra lil Baihaqiy 19047; Ibnu Majah 3126)

Tentu saja, makna hukumnya disepakati ulama sebagai sunnah muakkadah; baik sunnah ‘ainiyyah maupun sunnah kifayah; sebagaimana keterangan dalam hadits Rasulullah tentang kurban, witir, dan dua raakat fajar:

ثَلَاثٌ هُنَّ عَلَيَّ فَرَائِضُ وَلَكُمْ تَطَوُّعٌ: النَّحْرُ، وَالْوِتْرُ، وَرَكْعَتَا الْفَجْرِ (Mustadrak ‘ala Shahihain 1119)

Generasi selanjutnya,[3] Nabi Ibrahim juga berkurban. Bahkan perintah Allah datang melalui mimpi; bahwa ia menyembelih putranya, Ismail. Ada bingung. Ada sedih; karena akan kehilangan buah hati yang telah lama dinanti. Namun keputusan harus segera diambil. Hati diteguhkan dan dilapangkan. Niat dan tekad dibulatkan:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
(Q.S. al-Shaffat 37:102)

Baca Juga: Berapa Gaji Pegawai BPJS Ketenagakerjaan? Ini Besaran Gajinya dari Staf Hingga Manager

Nabi Ibrahim pun bermusyawarah dengan Ismail sang anak. Ternyata sang anak menyambut niat ayahnya. “wahai ayahku, kerjakan saja apa perintah Allah; engkau akan menemukanku sebagai orang yang sabar”. Kesabaran dan keteguhan kedua manusia tersebut diuji cukup berat. Bahkan dalam perjalanan menuju tempat penyembelihan, iblis turut menggoda. Agar niat dibatalkan. Agar kurban diurungkan. Agar Ismail diselamatkan. Karena perintah tidak rasional. Tidak humanis. Melanggar hak asasi.

Namun, niat keduanya – atas Izin Allah – justru makin kuat. Yakin akan Kebesaran Allah. Yakin akan Keadilan Allah. Anak hanya titipan. Hidup hanya sementara. Iblis penggoda pun dilempari batu. Bukan hanya sekali; tapi tiga kali. Kejadian monumental ini dikenang dan diabadikan sebagai ibadah lempar jumroh sebanyak tiga kali: Ula, wustho, dan aqobah:

لَمَّا أَتَى إِبْرَاهِيمُ خَلِيلُ اللَّهِ الْمَنَاسِكَ عَرَضَ لَهُ الشَّيْطَانُ عِنْدَ جَمْرَةِ الْعَقَبَةِ فَرَمَاهُ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ حَتَّى سَاخَ فِي الْأَرْضِ، ثُمَّ عَرَضَ لَهُ عِنْدَ الْجَمْرَةِ الثَّانِيَةِ فَرَمَاهُ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ حَتَّى سَاخَ فِي الْأَرْضِ، ثُمَّ عَرَضَ لَهُ عِنْدِ الْجَمْرَةِ الثَّالِثَةِ فَرَمَاهُ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ حَتَّى سَاخَ فِي الْأَرْضِ

Halaman:

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Unida Gontor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah