Materi Khutbah Idul Adha 2021 Singkat, Tema 'Sejarah, Hukum, Hikmah Berqurban di 1442 H', Lengkap dan Terbaru

- 2 Juli 2021, 17:00 WIB
Ilustrasi Khutbah Idul Adha.
Ilustrasi Khutbah Idul Adha. /Pixabay.com/apassingstranger

(Al-Mustadrak ‘ala Shahihain lil Hakim 1713; Syi’bu al-Iman 3783; al-Jami’ al-Shahih vol. 10 hlm. 190)

Keduanya pun berserah. Pisau ditajamkan. Pelipis sang anak diletakkan di atas landasan. Nabi Ibrahim berusaha menahan segala kasih sayang; berikut berbagai memorinya bersama sang anak. Sang anak pun demikian. Karena niat dan tekad sudah bulat, kata pamitan pun diucapkan dengan teguh: Usul agar pisaunya tidak dihadapkan ke arahnya; agar ia tidak takut dan kuat jiwanya; agar mukanya dihadapkan ke landasan sembelih, agar tekad ayahnya tidak melemah dan sanggup mengayun pisau:
ياَ أَبَتِ أَقْذِفْنِي للوَجهِ كَيْلاَ تنظر إليَّ فَتَرْحَمْنِي، وأَنظرُ أَنا إلى الشَفرة فأَجْزَعْ، ولكن أَدْخِلْ الشَفرة من تحتي، وامْضِ لأمر الله

(Tafsir Thabariy, vol. 21, hlm. 26)

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد

Keteguhan dan kepasrahan tersebut diabadikan dalam al-Qur’an. Sebagai kepasrahan tingkat tinggi dan prima. Taat kepada perintah; meski di luar nalar fikiran manusia. Karena yang memerintah adalah rabb sekaligus ilah-nya. Saat tangan dikuatkan untuk mengayun pisau, bersamaan dengan dirasakannya leher anak yang akan dipotong; pisau yang tajam meluncur. Kuat, pasti, dan disegerakan; agar Ismail tidak menderita.

Baca Juga: Ngeri! Pengakuan Mongol Stres Ikut Sekte Pemuja Setan: Ada Ritual Pesta Seks hingga Pengorbanan Jasad Bayi

Tapi yang bersuara adalah kabsy, yakni sejenis kambing yang cukup besar dan mengucur pula darahnya. Yang saat itu pula terdengar “Wahai Ibrahim, Engkau telah membenarkan (mengerjakan) perintah!; demikianlah Kami memberi ganjaran (mengganti Ismail dengan kambing) bagi orang yang berbuat kebaikan”

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ # وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ # قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ # إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ # وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (Q.S. al-Shaffat 37:103-107)

Nabi Musa pun diperintah berkurban. Yang dijadikan kurban sembelihan adalah sapi; yang mana kala itu melambangkan sesembahan Bani Israil yang dibuat oleh Samiri. Bukan melaksanakan, mereka ‘ngeles’ (berpaling) secara akademis: ‘sapi yang bagaimana? Warnanya apa?’ bahkan setelah ditemukan sapi dengan kriteria tersebut; masih ngeles: ‘sapinya masih meragukan; jangan-jangan bukan sapi ini yang dimaksud! Jangan merasa sapi itu sapi yang paling benar!, yang benar hanya Tuhan!’. Mungkin begitu kira-kira perdebatannya.

Ada ketidak ikhlasan. Bahkan hampir-hampir mereka tidak melaksanakannya. Pun dilaksanakan, penuh keberatan dan alasan beragam. Itu saja masih dengan mendongkol di belakang. Kepada nabi Musa. Yang dianggap menghina ritual persembahan sapi emas mereka. Dan hingga sekarang, bani Israil yang sering disebut Yahudi dan Nasrani; memang tidak pernah suka melihat keikhlasan seorang muslim yang berkurban:

Halaman:

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Unida Gontor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah