Dunia Terancam Mengalami Kelangkaan Sperma, Sebanyak 287 Miliar Perempuan Diprediksi Tak Bisa Hamil pada 2060

- 1 Maret 2021, 15:10 WIB
Ilustrasi sperma.
Ilustrasi sperma. /Pixabay/mariananbu

Baca Juga: Sering Dikira dari Luar Negeri, Restoran Franchise Ini Ternyata Produk Lokal Indonesia

Swan menemukan jumlah sperma di antara pria Barat turun hampir 60 persen antara tahun 1973 dan 2011. Rata-rata, jumlah sperma menurun sedikit lebih dari satu persen setiap tahun.

Dengan tingkat penurunan tersebut, persentase pria yang tidak subur saat ini sekitar 12 persen. Dan jika tren berlanjut, tahun 2050 41 persen pria di dunia akan mandul.

Sebagai gambaran jika warga dunia saat ini tujuh miliar maka dalam perkiraan Swan tak kurang dari 287 miliar penduduk Bumi harus menjalani prosedur bayi tabung.

Dengan jumlah sperma dan kualitas yang menurun, sebagian besar populasi akan terpaksa menggunakan teknologi reproduksi berasistensi (ART).

Baca Juga: Pilih 3 Situs Mitra Pelatihan Prakerja Gelombang 12: Cepat Dapat Sertifikat dan Insentif, Nomor 2 Rekomendasi

“Jadi dengan penurunan jumlah sperma dan kualitas air mani, termasuk penurunan kesuburan dan fakta bahwa jika jumlah sperma pria benar-benar rendah, maka satu-satunya pilihan adalah menggunakan teknologi alat bantu reproduksi jika ingin memiliki keturunan,” papar Swan.

Penelitiannya menunjukkan penurunan jumlah sperma telah terjadi sejak tahun 1973, tapi terkait skala cakupannya tak terdokumentasi dengan baik.

Yang pasti phthalates mulai ditemukan pada 1920-an dan mulai tersedia secara komersial pada 1931.

Awalnya phthalates digunakan untuk PVC, plastik yang keras tapi elastis dan produk seperti pengusir serangga. Sejak itu penggunaannya mengalami ledakan.

Halaman:

Editor: Dzikri Abdi Setia

Sumber: dailymail Galamedia News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah