Hampir Ambruk di Awal Kemerdekaannya, Insiden Berdarah di Timor Leste Membuat Indonesia Siaga

- 26 September 2020, 14:15 WIB
Bendera Timor Leste
Bendera Timor Leste /PIXABAY.COM/

SEPUTAR LAMPUNG – Timor Leste kembali menjadi pembicaraan di jagad media usai berita hoaks yang beredar beberapa waktu yang menyatakan negara tersebut ingin kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Setelah ada klarifikasi baik dari pihak Indonesia maupun Timor Leste sendiri bahwa hal itu tidak benar, pemberitaan mengenai Timor Leste tak lantas meredup.

Seperti membuka kembali kenangan lama, sejumlah memori kedua negara terutama di awal-awal perpisahannya kembali menyeruak.

Salah satunya tentang bagaimana kondisi Timor Leste di awal kemerdekaannya.

Baca Juga: Ingin Budidaya Ikan Cupang? Begini Cara Membedakan Ikan Cupang Jantan dan Betina

Sebagaimana diberitakan oleh Zona Jakarta dalam artikel berjudul “Timor Leste Berdarah, Saat Militer Indonesia Siaga Penuh Karena Ramos Horta Hampir Mati Ditembak", tidak banyak yang tahu jika sebenarnya sesudah merdeka Timor Leste hampir saja ambruk.

Tepatnya tahun 2006-2008 kala itu kondisi Timor Leste kacau balau.
Penyebabnya tak lain dan tak bukan karena diskriminasi pemerintahan Timor Leste.

Timor Leste bagian barat selalu di anak tirikan oleh pemerintahan Dili.
Atas alasan inilah seorang Mayor dari angkatan perang Timor

Leste Falintil, Alfredo Reinado melakukan gerakan pemberontakan.

Ia yang berasal dari Timor Leste bagian barat yang berbatasan Indonesia selalu didiskriminasi dan dianggap tidak nasionalis.

Baca Juga: Kesempatan Terakhir! Segera Daftar Program Prakerja Gelombang 10, Ini Cara dan Syaratnya

Mengutip Sydney Morning Herald, Jumat (25/9/2020) padahal Alfredo

Reinado ialah gerilyawan cinta Timor Leste saat berkonflik dengan Indonesia puluhan tahun silam.

Ia hanya murni protes kenapa Timor Leste bagian Barat tidak diperhatikan oleh pemerintah pusat.

Aksi protesnya ini justru mendapat penolakan keras dari Falintil.

Melalui panglima angkatan perang Falintil, Brigjen Taur Matan Ruak, Alfredo dipecat karena dianggap membangkang.

Kecewa dengan pemerintahannya, Alfredo bersama 600 tentara Falintil Desertir dan menyatakan perlawan dengan membentuk Gastao Salsinha atau angkatan perang Timor Leste Barat.

Gastao Salsinha lantas melakukan serangkaian serangan terarah kepada markas-markas militer Falintil.

Baca Juga: Mudah, Hanya dengan KTP Bisa Daftar BLT UKM Rp2,4 Juta, Segera Daftar Ada Sisa Kuota 3,2 Juta

Hasilnya Falintil porak poranda karena Alfredo dan rekan sejawatnya Mayor Augusto Araujo pernah mengenyam pendidikan militer formal di Australia, mereka tentara elite!

Kondisi semakin diperparah ketika Gastao Salsinha melakukan kontak dengan geng-geng bersenjata di Timor Leste.

Geng-geng bersenjata itu diperintahkan untuk membuat kekacauan di Timor Leste dengan menjarah apapun yang ada di ibu kota Dili.

Parahnya para geng tersebut juga melakukan pembantaian, pembakaran hingga pemerkosaan terhadap warga Timor Leste hingga membuat Dili berdarah.

Walhasil Falintil yang tidak siap menghadapi serbuan bertubi-tubi ini remuk redam kalah dari Gastao Salsinha.

Karena tak sanggup lagi menahan gempuran akhirnya Jose Ramos Horta yang kala itu menjabat sebagai presiden Timor Leste meminta dukungan ke militer Australia.

Baca Juga: Harga Emas Terus Turun, Investor Pilih Dolar untuk Berlindung dari Hantaman Virus Corona

Australia lantas mengirim personelnya ke Timor Leste. Dikiranya takut, pengiriman militer Australia ini malah membuat Alfredo dkk semakin berani.

Puncaknya pada 11 Februari 2008 dimana Alfredo bersama pasukannya menyerang kediaman Jose Ramos Horta dan Xanana Gusmao secara serentak.

Alfredo menilai dengan matinya kedua orang itu akan membawa Timor Leste merdeka seutuhnya walau bisa saja Timor Leste bagian barat harus berpisah dari pemerintahan pusat.

Ramos Horta kena tembak pasukan Alfredo dan hampir mati jika tidak mendapat pertolongan tentara Australia. Sedangkan Xanana berhasil selamat.

Baca Juga: Dua Bulan Warga Mesuji Kesulitan Mendapatkan Elpiji 3 Kg

Aksi penyerangan itu juga menjadi akhir hayat Alfredo dimana ia ditembak mati Falintil yang berjaga di kediaman Xanana Gusmao.

Di lain pihak saat Timor Leste sedang dilanda krisis, di perbatasan militer Indonesia siaga penuh mengantisipasi jika kerusuhan melebar sampai wilayah RI.

Militer Indonesia di perbatasan saat itu juga diperintahkan mengambil tindakan keras yang dianggap perlu jika kerusuhan membahayakan WNI di sana.***(Beryl Santoso/Zona Jakarta)




Editor: Dzikri Abdi Setia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x