SEPUTAR LAMPUNG - Saat ini banyak negara terus menjalankan vaksinasi Covid-19.
Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kekebalan kelompok atau herd immunity.
Salah satu vaksin Covid-19 yang banyak digunakan oleh berbagai negara untuk membentuk kekebalan kelompok adalah vaksin CoronaVac buatan Sinovac Biotech, China.
Dilansir dari laman resmi Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM), pada uji klinik fase 3 di Bandung, data imunogenisitas orang yang telah disuntikkan vaksin CoronaVac menunjukkan sampai 3 bulan jumlah subjek yang memiliki antibody masih tinggi yaitu sebesar 99,23%.
Kendati demikian, dilansir dari Aljazeera, menurut pejabat pengendalian penyakit Tiongkok, efektivitas vaksin Sinovac dilaporkan mengalami penurunan.
Pemerintah Tiongkok sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk mengkombinasikan vaksin agar efektivitas Sinovac kembali naik.
Baca Juga: Biaya Haji Membengkak karena Pandemi, Pemerintah Diharapkan Subsidi Kenaikan Ongkos Haji
"(Vaksin Sinovac) tidak memiliki tingkat perlindungan yang sangat tinggi", kata direktur Pusat Pengendalian Penyakit Tiongkok, Gao Fu, pada konferensi pada hari Sabtu di kota barat daya Chengdu.
Beijing telah mendistribusikan ratusan juta dosis di negara lain.
“Sekarang dalam pertimbangan formal apakah kami harus menggunakan vaksin berbeda dari jalur teknis yang berlainan untuk proses imunisasi,” kata Gao Fu.
Tingkat efektivitas vaksin Covid-19 dari Sinovac, dalam mencegah infeksi gejala telah ditemukan pada tingkat 50,4 persen oleh para peneliti di Brazil. Sebagai perbandingan, vaksin yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech terbukti efektif 97 persen.
Namun, Beijing belum menyetujui vaksin asing untuk digunakan di Tiongkok.
Gao Fu tidak memberi rincian kemungkinan perubahan strategi tetapi menyebutkan perbedaan cara Tiongkok dan negara Barat dalam menciptakan vaksin.
Gao Fu menyebutkan teknik mRNA, atau teknik eksperimental yang digunakan oleh beberapa pengembang vaksin Barat. Berbeda dengan cara Tiongkok dalam membuat vaksin, yang mana Tiongkok menggunakan teknik pengobatan tradisional.
“Setiap orang harus mempertimbangkan manfaat vaksin mRNA bagi umat manusia,” kata Gao Fu.
“Kita harus mengikutinya dengan hati-hati dan tidak mengabaikannya hanya karena sudah memiliki beberapa jenis vaksin.”
Baca Juga: Taiwan dan AS Makin Mesra, China Kirim 25 Pesawat Memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan
mRNA
Gao Fu sebelumnya mengajukan pertanyaan tentang keamanan vaksin mRNA.
Dikutip oleh kantor berita resmi Xinhua pada bulan Desember, Gao Fu mengatakan bahwa tidak dapat mengesampingkan efek samping negatif vaksin karena digunakan pertama kali pada orang sehat.
Media pemerintah Tiongkok serta blog kesehatan dan sains populer juga mempertanyakan keamanan dan efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech, yang dibuat dengan menggunakan teknik mRNA.
Baca Juga: Kabar Sedih, Komik Attack on Titan Tamat Setelah 12 Tahun Terbit
Dilansir dari Portal Jember dalam artikel "Vaksin Covid-19 Sinovac Asal Tiongkok Dilaporkan Mengalami Penurunan Efektivitas", pada 2 April, sekitar 34 juta orang telah menerima dua dosis yang dibutuhkan oleh vaksin Tiongkok dan sekitar 65 juta menerima satu, menurut Gao Fu.
Para ahli mengatakan mencampurkan vaksin, atau imunisasi berurutan, dapat meningkatkan tingkat efektivitas. Percobaan di seluruh dunia sedang melihat pencampuran vaksin atau memberikan suntikan penguat setelah jangka waktu yang lebih lama.
Para peneliti di Inggris pun sedang mempelajari kemungkinan kombinasi vaksin Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca.***(Selly Kurniawan/Portal Jember)