13 Oktober Diperingati sebagai Hari Tanpa Bra, Perempuan Perlu Lebih Waspada pada Kanker Payudara!

13 Oktober 2020, 09:25 WIB
Ilustrasi kanker payudara. /Pixabay.com/Miguel A. Padrinan

SEPUTAR LAMPUNG - Kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Bagi wanita, kanker payudara pada di urutan teratas selain kanker serviks.

Berdasarkan data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO), kanker payudara memiliki kasus sebanyak 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus kanker.

Diikuti kanker serviks (leher rahim) sebagai jenis kanker kedua yang paling banyak terjadi di Indonesia yakni sebanyak 32.469 kasus atau 9,3% dari total kasus.

Tak hanya di Indonesia, kanker payudara juga merupakan momok menakutkan bagi semua wanita di seluruh dunia.

Dan sebagian kita mungkin banyak yang belum tahu jika tanggal 13 Oktober diperingati sebagai hari tanpa bra sedunia.

Baca Juga: Rilis Lebih Cepat, 3 Vaksin Covid-19 Ini akan Tersedia di Indonesia Awal November 2020

Setiap tahunnya, Hari Tanpa Bra dirayakan di pertengahan bulan Oktober di mana tanggal 26 Oktober merupakan hari kanker payudara dunia.

Di benak anda mungkin bertanya-tanya, mengapa ada hari tanpa bra di dunia? Padahal bra merupakan hal penting bagi wanita saat ini.

Dikutip dari laman TheSun.co.uk melalui Lamongantoday.com dalam artikel berjudul "Hari Tanpa Bra Jatuh Pada 13 Oktober, Inilah Sejarahnya, Dimulai dari Dokter Bedah", gerakan hari tanpa bra ternyata dimulai pada tahun 2011 silam. Kala itu sebagian besar gerakan dilakukan di jagat media sosial.

Para wanita ramai-ramai menggunakan tagar #nobraday untuk melakukan kampanye di media sosial.

Kampanye itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran sekaligus mendorong wanita untuk memeriksakan payudaranya sendiri. Hal itu penting dilakukan untuk memastikan mereka terbebas dari kanker payudara.

Untuk itu, pada tanggal 13 Oktober para wanita didorong untuk melakukan pemeriksaan mamogram yang bisa membantu mendeteksi kanker payudara secara dini.

Mengapa hari tanpa bra dirayakan?

Tidak ada yang tahu pasti mengapa hari tanpa bra dirayakan. Namun disebut-sebut hal itu berawal dari kampanye ahli bedah plastik di Toronto Kanada dr Mitchell Brown.

Kemudian seorang aktivis wanita menggaungkan hal itu hingga pada akhirnya tiga tahun kemudian diperingati hari tanpa bra sedunia.

Apakah menggunakan bra saat tidur berbahaya?

Baca Juga: Ujian Nasional Diubah Jadi Asesmen Nasional 2021, Nadiem Makarim Sebut 3 Aspek yang Jadi Penilaian

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa hingga saat ini belum bisa dipastikan apa penyebab kanker payudara.

Yang pasti, kanker payudara terjadi ketika ada sel kelenjar payudara yang bermutasi sehingga tumbuh secara tidak normal.

Sel-sel yang bermutasi itu berkembang dengan cepat sehingga membentuk bejolan di payudara. Benjolan ternyata bisa menjalar ke kelenjar getah bening atau tubuh lain.

Kendati demikian, hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah yang menemukan bukti jika menggunakan bra saat tidur bisa menyebabkan mutasi sel payudara.

Bra berkawat yang selama ini disalahkan ternyata tidak terbukti meningkatkan risiko kanker.

Baca Juga: Manfaat Tak Terduga Puntung Rokok, Ternyata Bisa Jadi Obat Kutu untuk Aglonema dan Janda Bolong

Kapan Harus Periksa Mammografi

Mammografi oleh para tenaga di bidang kesehatan direkomendasikan dilakukan oleh wanita berusia 40 tahun ke atas. Minimal pemeriksaan dilakukan setahun sekali terlebih bagi mereka yang memiliki risiko terkena kanker payudara.

Jika berisiko tinggi maka sebaiknya pemeriksaan dilakukan sebelum usia 40 tahun.

Mammografi juga bisa langsung segera dilakukan jika muncul tanda-tanda kelainan di payudara. Kelainan itu seperti muncul benjolan, nyeri pada payudara, penebalan puting, keluar cairan pada puting, perubahan pada kulit payudara.

Baca Juga: Meluruskan 8 Mitos Covid-19 yang Membuat Kita Salah Kaprah Menyikapi Virus Corona

Rutin lakukan SADARI

Sebelum memeriksakan diri ke dokter, anda bisa mengecek payudara sendiri secara rutin. Dengan rutin melakukan gerakan SADARI, anda bisa mendeteksi kelainan secara dini.

Untuk melakukan gerakannya, berikut langkah-langkahnya.

Berdiri tegak dan lihat secara seksama apakah ada perubahan bentuk di kulit payudara. Cek apa ada pembengkakan atau perubahan puting. Cek juga apakah ukuran payudara kanan kiri simteris atau tidak.

Angkat kedua lengan ke atas dan tekuk siku lalu posisikan tangan di belakang kepala. Lalu dorong siku ke depan dan lihat payudara. Setelah itu dorong siku ke belakang dan cermati lagi bentuk dan ukuran payudara.

Posisikan kedua tangan di pinggang dan condongkan bahu ke depan sehingga payudara menggantung, dan dorong kedua siku ke depan, lalu kencangkan (kontraksikan) otot dada Anda.

Baca Juga: Tuntutan Tak Terakomodir dalam Omnibus Law, Buruh akan 'Kepung' Istana hingga 5 Hari ke Depan

Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga tangan kiri memegang bagian atas punggung. Dengan menggunakan ujung jari tangan kanan, raba dan tekan area payudara, serta cermati seluruh bagian payudara kiri hingga ke area ketiak. Lakukan gerakan atas-bawah, gerakan lingkaran dan gerakan lurus dari arah tepi payudara ke puting, dan sebaliknya. Ulangi gerakan yang sama pada payudara kanan Anda.

Cubit kedua puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari puting. Berkonsultasilah ke dokter seandainya hal itu terjadi.

Pada posisi tiduran, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Angkat lengan ke atas. Cermati payudara kanan dan lakukan tiga pola gerakan seperti sebelumnya. Dengan menggunakan ujung jari-jari, tekan-tekan seluruh bagian payudara hingga ke sekitar ketiak.***(Furqon Ramadhan/Lamongan Today)

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Lamongan Today

Tags

Terkini

Terpopuler