"Nang ndi?" (dimana?) "Nang kota B, gok deso kabupaten K***li** , akeh proker, tak jamin, nggone cocok gawe KKN" (di kota B, disebuah desa di kabupaten K*******, banyak proker untuk di kerjakan, tempatnya cocok untuk KKN kita) saat itu juga, Widya segera mengajukan proposal KKN.
Ketika Widya hendak pamit kepada ibunya, ibu Widya langsung merasa punya firasata tidak enak dan memperingati Widya untuk mengubah lokasi KKN.
Namun, Widya berhasil meyakinkan sang ibu dan menepis rasa kekhawatiran ibunya.
Tak lama, berangkatlah Widya menuju lokasi KKN di Desa Penari bersama Nur, Ayu, Bima, Wahyu, dan Anton.
Baru menginjak tanah di Desa Penari, Widya sempat mendengar suara gamelan dan melihat penampakan yang sedang mengintainya.
Awalnya rencana mereka untuk KKN di Desa Penari sempat ditolak kepala desa yang dipanggil dengan nama pak Prabu.
Mereka tetap bersikeras untuk melakukan KKN di Desa Penari sekalipun telah mendapat peringatan dan beberapa orang telah mengetahui banyaknya rumor kejanggalan tentang desa itu.
Nur pun telah diperingati kakek-kakek pengemis untuk memberikan tanda 'tidak boleh'. Namun, para mahasiswa tetap sepakat KKN di Desa Penari tersebut. Ayu juga memohon, sehingga mereka pun diizinkan.