Wolfinger menemukan semacam kurva lonceng terbalik yang memperlihatkan kemungkinan perceraian menurun seiring bertambahnya usia.
Kurva tersebut dilihat dari usia remaja, akhir dua puluhan, hingga awal tiga puluhan.
Di usia 28-32 tahun menikah, risiko perceraian menjadi paling sedikit.
Kemudian, untuk usia setelah 32 tahun, Wolfinger menyebut kemungkinan perceraian naik sekitar 5 persen.
“Setelah itu, kemungkinan perceraian naik lagi saat memasuki usia akhir tiga puluhan dan awal empat puluhan,” tulis Wolfinger.
Baca Juga: Ibu-Ibu Bersiap! Ini Perawatan Kulit untuk Wanita Usia 40-an Agar Wajah Tetap Awet Muda
Beberapa orang mengatakan bahwa ini adalah teori Goldilocks tentang menikah: Harus tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
Mengapa akhir usia 20an dan awal 30an masuk akal sebagai waktu terbaik untuk memulai pernikahan?
Alasannya adalah orang-orang di usia tersebut sudah cukup dewasa untuk memahami apakah pasangan mereka benar-benar orang yang tepat atau bukan.
Alasan selanjutnya adalah di usia tersebut, laki-laki dan perempuan dinilai telah mampu membuat pilihan hidup yang signifikan dan memikul beberapa tanggung jawab.