Para korban tersebut dibuang ke sebuah sumur tua di daerah Pondok Gede, Jakarta, yang kini dikenal dengan nama lubang buaya. Jenazah korban baru ditemukan pada 3 Oktober 1965.
Selain ketujuh korban tersebut, beberapa orang lainnya juga menjadi korban, yaitu Bripka Karel Satsuit Tubun, Kolonel Katamso Darmokusumo, dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto.
PKI pun dapat menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan kantor Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan. Mereka mengumumkan terbentuknya Dewan Revolusi yang saat itu diketuai oleh letkol Untung Sutopo.
Pada 6 Oktober, Presiden Soekarno mengimbau rakyat untuk menciptakan persatuan nasional.
Kemudian, Pada 16 Oktober 1965, Soekarno melantik Mayjen Soeharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di Istana Negara.
Lalu pada 11 Maret 1966, Soekarno memberi Soeharto kekuasaan tak terbatas melalui surat perintah Sebelas Maret, untuk mengambil langkah-langkah mengembalikan ketenangan dan melindungi keamanan pribadi dan wibawanya.
Kekuatan ini pertama kali digunakan oleh Soeharto untuk melarang dan menghentikan PKI.
Sejak era Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September, sedangkan 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Demikian tentang sejarah Hari Kesaktian Pancasila beserta kaitannya dengan G30S PKI.***