Viral dan Bikin Resah, Ini Fakta Sebenarnya Terkait Isu Gempa Megathrust dan Tsunami di Laut Jawa

27 September 2020, 18:18 WIB
Ilustrasi tsunami. * Beberapa daerah di Indonesia berpotensi kena gempa besar dan tsunami setinggi 20 meter. /pixabay.com

SEPUTAR LAMPUNG - Di tengah pandemi Covid-19 dengan pertambahan jumlah pasien positif yang kian mendekati angka 5 ribu setiap harinya, masyarakat disuguhkan isu yang membuat resah.

Yakni beredarnya isu akan terjadi gempa di sejumlah wilayah dan titik di Pulau Jawa dengan ketinggian tsunami mencapai 20 meter.

Tak ayal, isu ini beredar luas dengan cepat. Viral. Lalu memunculkan keresahan.

Bisa dimaklumi. Karena meski kita cukup akrab dengan gempa, namun Indonesia memiliki kenangan yang traumatis terkait dengan bencana yang satu ini.

Salah satunya adalah gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 lalu.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di balik isu gempa ini?

Baca Juga: 5 Tanaman Hias Ini Dipercaya Bisa Menyerap Racun di Dalam Ruangan

Daryono selaku Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebagaimana ditulis oleh Portalsurabaya.com melalui artikel berjudul "Akhiri Kepanikan Sekarang, Gempa Megathrust dan Tsunami di Laut Selatan Jawa Masih Riset ", mengimbau warga mengakhiri kepanikan terkait informasi mengenai potensi gempa megathrust.

"Kami berharap masyarakat terus meningkatkan literasi, selanjutnya tidak mudah kagetan setiap ada informasi potensi bencana," katanya di Jakarta yang dikutip Portal Surabaya dari Antara News pada Minggu 27 September 2020.

Daryono berpendapat, kecemasan dan kepanikan publik yang muncul menyusul peredaran informasi mengenai potensi gempa megathrust kemungkinan terjadi karena adanya kesalahpahaman di kalangan masyarakat.

Informasi mengenai potensi gempa megathrust berdasarkan pemodelan yang dibuat para ahli sebenarnya ditujukan sebagai acuan mitigasi.

Baca Juga: 5 Obat Sakit Gigi Alami yang Mampu Hempaskan Nyeri, Bisa Anda Coba di Rumah

Akan tetapi, sebagian warga kurang tepat dalam memahami, menganggapnya sebagai potensi bencana yang akan terjadi dalam waktu dekat ini.

"Ini masalah sains komunikasi yang masih terus saja terjadi, karena hingga saat ini masih ada gap atau jurang pemisah antara kalangan para ahli dengan konsep ilmiahnya dan masyarakat yang memiliki latar belakang dan tingkat pengetahuan yang sangat beragam," ucap Daryono.

Jika informasi ini yang disalahpahamkan oleh warganet bahkan mayarakat luas, akan menimbulkan kekhawatiran yang semakin besar.

"Kasus semacam ini tampaknya masih akan terus berulang, dan pastinya harus diperbaiki dan akhiri," ujar Daryono.

Daryono memaparkan, kepanikan masyarakat akibat informasi mengenai potensi gempa megathrust sering berulang setelah bencana tsunami yang pernah melanda Aceh 2004 lalu.

Kegaduhan tersebut sering muncul setiap ada para ahli yang menyampaikan pandangan mengenai potensi gempa dan tsunami.

Baca Juga: Menakjubkan! Dokter Zaidul Akbar Ungkap Gerakan Sholat untuk Tangani Sesak Nafas Pasien Covid-19

Belum lagi beberapa media tidak utuh dalam menyajikannya sehingga menimbulkan salah persepsi di kalangan masyarakat.

"Masyarakat juga jangan mudah terpancing dengan judul berita dari media yang dengan bombastis memberitakan potensi bencana," ucap Daryono.

Daryono menambahkan bahwa zona megathrust sebenarnya sekedar istilah dalam menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal.

Ia menyebut seluruh aktivitas gempa yang bersumber di zona megathrust disebut sebagai gempa megathrust dan gempa megathrust tidak selalu berkekuatan besar.

Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa digunakan untuk memprediksi kapan dan di mana gempa akan terjadi dan seberapa besar kekuatannya.

Waspada memang diperlukan bagi setiap orang namun, terlalu khawatir adalah hal yang tidak diinginkan oleh BMKG.***(Yohanes Bayu/Galamedia)

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Portal Surabaya

Tags

Terkini

Terpopuler