Kapan Hari Kesaktian Pancasila? Ini Sejarah, Bedanya dengan Hari Lahir Pancasila dan Kaitannya dengan G30S PKI

24 September 2022, 16:20 WIB
Monumen Pancasila Sakti. / tangkap layar Youtube /

SEPUTARLAMPUNG.COM – Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila diperingati setiap tahun di Indonesia. Simak sejarah, perbedaan, dan kaitannya dengan Gerakan 30 September atau G30S PKI.

Hari Lahir Pancasila merupakan peringatan kelahiran Pancasia untuk pertama kalinya. Peringatan ini sebagai pengingat akan terbentuknya Pancasila sebagai Lambang Negara Indonesia.

Hari Lahir Pancasila diperingati bangsa Indonesia setiap 1 Juni. Sementara Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap 1 Oktober.

Hari Kesaktian Pancasila sangat berkaitan erat dengan peristiwa kelam G30S/PKI, yang terjadi pada 30 September 1965 silam. 

Baca Juga: Jadwal MotoGP Jepang 2022 di Trans7, Babak Kualifikasi Tayang Jam Berapa? Ini Jadwal Top Speed dan Live Race

Pada 30 September 1965, telah terjadi peristiwa pemberontakan, yang bertujuan untuk menggantikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dengan paham Komunis. 

Namun, berkat perlawanan dan perjuangan yang gigih, serta adanya jiwa persatuan dan kesatuan yang sangat kuat, pemberontakan PKI tersebut berhasil dihentikan.

Para pejuang pembela tanah air Indonesia bersatu menjunjung nilai-nilai Pancasila. Mereka berusaha mempertahankan Pancasila, agar tetap menjadi ideologi yang menjadi panduan hidup bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan. 

Perjuangan itu pun akhirnya berhasil, dan pada 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Baca Juga: Perkiraan Tanggal Cair KJP Plus Tahap 1 Oktober 2022 ke Siswa SD, SMP, SMA-SMK, Cek ATM DKI Jakarta!

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila

Dikutip dari kemdikbud.go.id, pada 1 Oktober 1965 silam telah terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap enam jenderal senior dan satu perwira muda TNI Angkatan Darat.

Tak hanya itu, banyak rakyat yang tidak bersalah pun dibunuh dalam upaya PKI menguasai Indonesia dan mengganti ideologi Pancasila dengan paham Komunis.

Enam jenderal senior dan satu perwira yang menjadi korban adalah:

1. Letjen TNI Ahmad Yani: Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi

2. Mayjen TNI Raden Suprapto: Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi

3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo: Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan

4. Mayjen TNI Siswondo Parman: Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen

5. Brigjen Donald Isaac Panjaitan: Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik

Baca Juga: LINK Download Twibbon Gratis HUT Kota Bandung ke-212 dengan Desain Unik dan Keren, Unggah Foto Terbaikmu

6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo: Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat

7. Jenderal TNI yang bernama Abdul Haris Nasution berhasil selamat dari pembunuhan. Namun, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam peristiwa pembunuhan tersebut.

Para korban tersebut dibuang ke sebuah sumur tua di daerah Pondok Gede, Jakarta, yang kini dikenal dengan nama lubang buaya. Jenazah korban baru ditemukan pada 3 Oktober 1965. 

Selain ketujuh korban tersebut, beberapa orang lainnya juga menjadi korban, yaitu Bripka Karel Satsuit Tubun, Kolonel Katamso Darmokusumo, dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto.

PKI pun dapat menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan kantor Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan. Mereka mengumumkan terbentuknya Dewan Revolusi yang saat itu diketuai oleh letkol Untung Sutopo.

Pada 6 Oktober, Presiden Soekarno mengimbau rakyat untuk menciptakan persatuan nasional. 

Kemudian, Pada 16 Oktober 1965, Soekarno melantik Mayjen Soeharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di Istana Negara. 

Baca Juga: Tes IQ: Pindahkan 2 Batang Korek Api untuk Membuat 3 Segitiga, Apakah Anda Bisa? Buktikan Jika Jenius

Lalu pada 11 Maret 1966, Soekarno memberi Soeharto kekuasaan tak terbatas melalui surat perintah Sebelas Maret, untuk mengambil langkah-langkah mengembalikan ketenangan dan melindungi keamanan pribadi dan wibawanya. 

Kekuatan ini pertama kali digunakan oleh Soeharto untuk melarang dan menghentikan PKI. 

Sejak era Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September, sedangkan 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. 

Itulah perbedaan antara Hari Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila dan Hari Kesaktian Pancasila beserta kaitannya dengan  G30S PKI.***

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Kemdikbud

Tags

Terkini

Terpopuler