Daftar Pahlawan Revolusi yang Gugur saat Peristiwa G30S PKI 1965, Ini Kronologis Kematian Para Jenderal TNI

21 September 2022, 19:24 WIB
G30S PKI: Daftar 10 Pahlawan Revolusi yang Gugur Tahun 1965. /Instagram/@revolusi_bangsa1965

SEPUTARLAMPUNG.COM – Berikut adalah daftar lengkap nama para Pahlawan Revolusi yang gugur saat Gerakan 30 September atau G30S PKI pada tahun 1965 silam. Begini kronologis kematian para Jenderal TNI tersebut.

Peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965 yang menewaskan sejumlah Jenderal TNI merupakan salah satu tragedi paling kelam dalam sejarah bangsa Indonesia.

Pada G30S PKI 1965, terjadi pembantaian terhadap perwira tinggi militer Indonesia dan kudeta dalam rangka menjadikan Indonesia negara Komunis.

Baca Juga: Daftar 3 SMA Terbaik di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah Versi LTMPT Terbaru 2022

Para anggota TNI Angkatan Darat diculik, disiksa, dibunuh, dan dilempar ke lubang buaya. Jenazah mereka pun baru ditemukan pada 4 Oktober 1965.

Untuk mengenang dan menghargai pengorbanan mereka dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia, pemerintah pun memberi gelar Pahlawan Revolusi.

Berikut adalah kisah tujuh Pahlawan Revolusi pada malam penculikan G30S/PKI.

Baca Juga: Peluang Jadi Pegawai BUMN PT Pelni Tinggal 1 Hari Lagi, Klik rekrutmen.pelni.co.id, Bisa untuk Fresh Graduate?

1. Jenderal Ahmad Yani

Jendral Ahmad Yani adalah orang nomor satu di Angkatan Darat. Pada malam itu, pasukan PKI datang menyergap masuk melalui pintu belakang dan langsung membunuh Jenderal Ahmad Yani. Sementara, yang lainnya bertugas untuk menyekap pasukan penjaga rumah sang Jenderal dan bertugas mengepung rumahnya.

2. Mayjen R. Suprapto

Mayjen R. Suprapto kerap berhadapan dengan maut saat mempertahankan Indonesia. Namun, ia selalu berhasil selamat. Sayangnya, ia tewas di tangan orang-orang yang selama ini dibelanya.

Rombongan penculik mendatangi rumah Mayjen R. Suprapto sekitar pukul 04.30 WIB. Saat itu mereka mengatakan bahwa Suprapto diminta untuk menemui Soekarno saat itu juga.

Sebagai prajurit yang patuh, akhirnya Suprapto langsung mengiyakan. Namun, ternyata sang Jenderal dibawa ke Lubang Buaya dan dianiaya dalam keadaan terikat.

Baca Juga: Perwujudan Isi Pembukaan UUD 1945 di Lingkungan Sekolah, Pergaulan, dan Masyarakat, Materi PKN SMP Kelas 8

3. Mayjen MT Haryono

Para penculik membombardir Mayjen M.T Haryono dengan peluru di kediamannya, karena mencoba melawan rombongan penculik. Sayangnya, Jenderal itu kalah dalam jumlah dan sudah banyak peluru yang mengenai tubuhnya. Akhirnya dirinya ambruk dan diseret naik ke atas truk rombongan penculik.

4. Mayjen S. Parman

Mayjen S. Parman pernah mengemba tugas besar menghentikan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). PKI pun menganggapnya sebagai ancaman.

Rombongan penculik mendatangi kediaman Mayjen S. Parman pukul 04.00 WIB pada 1 Oktober 1965. Sang Jenderal tidak curiga dengan kedatangan rombongan itu, karena mereka memakai seragam Cakrabirawa.

Rombongan tersebut mengatakan bahwa suasana di luar genting, bahkan mereka ikut masuk ke kamar tidur saat Parman berganti pakaian. Ia pun akhirnya diculik oleh rombongan itu.

Baca Juga: Program Kartu Prakerja Gelombang 46 Dibuka dengan Ketentuan Ini, Cek Perkiraan Jadwal dan Link Pendaftaran

5. Brigjen D.I Panjaitan

D.I. Panjaitan diculik saat subuh pada 1 Oktober 1965. Penculik yang berseragam itu datang dengan dua buah truk. Panjaitan sama sekali tidak menyadari jika rombongan itu akan menculiknya. Ia mengira mereka ditugasi untuk menjemputnya bertemu dengan Soekarno.

Panjaitan pun berpakaian resmi lengkap. Namun rombongan itu justru menembaki barang-barang yang ada di rumahnya.

Panjaitan turun dari kamarnya yang berada di lantai dua. Namun penculik menembak Panjaitan karena berusaha melawan. Ia ditembak di halaman rumahnya dan langsung dibawa pergi.

6. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo

Brigjen Sutoyo diculik pagi hari pada 1 Oktober 1965. Rombongan mengamankan lokasi di sekitar jalan rumahnya, dan melarang siapapun melintas.

Baca Juga: Peran Sarwo Edhi Wibowo dalam Melumpuhkan dan Penumpasan Pasukan G30S PKI

7. Lettu Pierre Andreas Tendean

Pierre Tendean sebenarnya bukan sasaran penculik. Akan tetapi, pada 1 Oktober 1965, dirinya sedang berada di rumah Jenderal A.H. Nasution, atasannya.

Saat rombongan penculik datang dan bertanya kepada Tendean, apakah dirinya adalah A.H. Nasution, Tendean pun menjawab bahwa dialah Jenderal Nasution. Tindakan itu dilakukannya agar sang Jenderal selamat.

Dalam peristiwa itu, putri Nasution yang bernama Ade Irma Suryani yang saat itu masih berumur lima tahun ikut terbunuh.

8. Aipda (anm.) Karel Satsuit Tubun

Aipda (anm.) Karel Satsuit Tubun menjadi satu-satunya korban yang bukan anggota TNI. Saat itu ia sedang berjaga di rumah wakil PM Johannes Leimena. Ia ditembak saat ingin menghalangi PKI yang berusaha melumpuhkan pasukan di rumah Leimena.

Meski tidak termasuk yang dibuang ke lubang buaya, namun ia termasuk ke dalam salah satu Pahlawan Revolusi.

Baca Juga: 7 Fakta Pemberontakan G30S PKI, Gerakan yang Mengancam Keutuhan Bangsa Indonesia

9. Brigjen Katamso Darmokusumo

Saat itu Brigjen Katamso sedang bertugas di Yogyakarta. Sepulang dari rapat, ternyata militer Yogyakarta yang berpihak pada PKI telah mengambil alih markas. Anak buahnya pun berkhianat.

Tanpa sepengetahuannya datang mobil dan truk besar berisi PKI. Katamso yang dikhianati anak buahnya langsung ditodong senjata, dan membawanya ke dalam mobil dalam kondisi terikat. Ia pun dipukul dua kali dengan logam hingga tewas.

10. Kolonel Sugiono

Kolonel Sugiono juga menjadi korban pengkhianatan militer Yogyakarta yang berpihak pada PKI. Saat itu Sugiono hendak mengunjungi Katamso.

Namun ia ditangkap di markas Korem Yogyakarta. Ia dan Katamso pun disiksa dengan keji dan baru dibunuh pada 2 Oktober 1965.***

Editor: Desy Listhiana Anggraini

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler